Penyesuaian Harga BBM Momentum Terbaik Maksimalkan EBT
Sabtu, 3 September 2022 | 16:48 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar resmi naik. Demikian disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Sabtu (3/9/2022).
"Pertalite dari Rp 7.650 jadi Rp 10.000. Solar subsidi dari Rp 5.150 jadi Rp 6.800. Pertamax nonsubsidi dari Rp 12.500 jadi Rp 14.500," kata Arifin Tasrif.
Dengan demikian, Pertalite naik 30,7%, solar naik 32%, dan Pertamax nonsubsidi naik 16%. Harga baru ini berlaku 1 jam sejak diumumkan, atau mulai Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Pengamat isu strategis, Prof Imron Cotan menyatakan, adanya penyesuaian harga BBM subsidi yang dilakukan pemerintah merupakan sebuah momentum terbaik untuk mengalihkan APBN dan memaksimalkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). Terlebih, lanjut dia, saat ini pemerintah tengah fokus untuk lebih memanfaatkan dengan maksimal penggunaan EBT.
"Maka dari itu efisiensi akan APBN harus benar-benar dilakukan dengan sebaik mungkin. Salah satunya, dengan melakukan penyesuaian harga BBM subsidi dan difokuskan hanya untuk masyarakat yang membutuhkan saja," kata Prof Imron dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (3/9/2022).
Prof Imron menjelaskan, selama ini terdapat sekitar 20% Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terkunci untuk pemberian subsidi. "Kurang lebih 20% dari APBN kita itu terkunci untuk subsidi, dan itu tidak sehat karena yang selama ini terjadi tidak tepat sasaran," katanya.
Menurut Prof Imron, harus segera dilakukan penajaman subsidi agar APBN tidak tertekan. Jika hal tersebut tidak segera dilakukan oleh pemerintah, justru kecukupan anggaran akan habis di bulan September ini.
"Ini penajaman penggunaan subsidi sehingga APBN kita tidak tertekan, yang mana sekarang ada Rp 502 triliun, sudah disisihkan dan September ini akan habis. Kalau diteruskan di September, kita harus nambah lagi subsidi Rp 198 triliun," ungkapnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Duta Besar tersebut menambahkan, grafik harga minyak dunia sendiri terus mengalami peningkatan sejak 50 tahun terakhir. Di sisi lain, keberadaan akan energi berbahan fosil sangatlah terbatas.
Prof Imron menyatakan, pemerintah memiliki target supaya bisa melakukan 30% reduksi emisi karbon untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Sementara, hal tersebut akan sulit dicapai apabila APBN terus terkunci hanya untuk memberikan subsidi BBM.
"Oleh karena itu, momentum strategis ini harus dimanfaatkan untuk mengalihkan atau setidak-tidaknya membaurkannya dengan energi baru terbarukan," tuturnya.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI

Benarkah Napoleon Menembakkan Meriam ke Piramida Mesir? Fakta Sejarah Film Napoleon

Ahli Gizi Masyarakat: Program Penanganan Stunting di Indonesia Sudah Baik

Ahli Gizi Masyarakat Sebut Penderita Stunting di Indonesia Mencapai 21,6 Persen

Serangan Balik Warganet Indonesia di Medsos Bikin Tentara Israel Terganggu

Sri Mulyani Minta Maaf saat Serahkan DIPA Terakhir Kabinet Jokowi

6 Pola Hidup Vegan yang Bisa Bantu Hindari Sedot Lemak, Ini Caranya

ASN DKI yang Ingin Mendapat Promosi Bisa Kerja di IKN

Panduan Praktis Membuat Puisi yang Menginspirasi

Gus Miftah Ajak Gibran Serap Aspirasi Kiai dan Santri di Pesantren

Program Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo-Gibran untuk Jadikan Bangsa Kuat

Orang Tua dan Anak-anak Jadi Korban, Israel Arogan dan Tak Paham Aturan Perang

Menkes Tegaskan Wabah Pneumonia di Tiongkok Bukan Virus Baru seperti Covid-19

26 Orang Diperiksa Kasus Aiman Sebut Oknum Aparat Tak Netral di Pemilu 2024

Pengurus Masjid di Jakut Buka Posko Relawan ke Palestina, 1.000 Orang Sudah Ambil Formulir

MarkPlus Conference ke-18 Digelar 6-7 Desember, Angkat Tema "Unstoppable Future"
1
5
B-FILES


Pemilu 2024 vs Kesejahteraan Mental Generasi Z
Geofakta Razali
Rakernas IDI dan Debat Pilpres 2024
Zaenal Abidin
Indonesia dan Pertemuan Puncak APEC
Iman Pambagyo