IHSG Berpeluang Melemah Pekan Ini Imbas The Fed dan Inflasi
Senin, 26 September 2022 | 06:51 WIB

Jakarta, Beritasatu.com- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini diperkirakan kembali mengalami pelemahan pada rentang 7.150 – 7.215. Proyeksi itu sejalan sentimen negatif seperti kenaikan tingkat suku bunga The Fed dan lonjakan inflasi.
Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menjelaskan, IHSG pekan ini dikhawatirkan kembali tertekan akibat gempuran kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang begitu luar biasa. Pasalnya, dalam setiap pertemuan, The Fed memutuskan menaikan setidaknya 75 basis poin (bps) dan ini sudah memasuki pertemuan ke-3. "Tidak menutup kemungkinan The Fed akan kembali menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 75 bps lagi pada pertemuan berikutnya," jelasnya kepada Investor Daily, belum lama ini.
Agresifitas The Fed itu, lanjut dia, pada akhirnya membuka mata Bank Indonesia (BI) agar dapat menyesuaikan jarak tingkat suku bunga agar tidak terjadi capital outflow besar sehingga menekan melemah. "Apalagi kalau kita perhatikan, The Fed sudah menyampaikan akan mendorong tingkat suku bunga The Fed untuk mencapai 4,5% pada tahun ini dan mendorong tingkat suku bunga Bank Indonesia melakukan penyesuaian. Jarak antara The Fed dan tingkat suku bunga Bank Indonesia akan berkisar 75 – 100 bps, setidaknya untuk saat ini," ujarnya.
Sejauh ini, fundamental ekonomi Indonesia masih mampu menjaga ketidakpastian di masa datang dengan tetap memperhatikan kenaikkan tingkat suku bunga. Adapun kenaikan bunga akan membuat pelemahan daya beli, konsumsi, dan investasi. "Kami melihat IHSG masih dapat menyentuh target kami tahun ini yaitu di 7.380. Pekan ini, selama IHSG belum mampu melewati 7.250, indeks berpeluang kembali melemah, sebelum mengalami penguatan. IHSG akan bermain di level 7.150 – 7.215," kata dia.
Hal yang senada juga diucapkan analis Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana yang memproyeksikan IHSG akan kembali melemah pada level 7016-7021. Bank Indonesia kembali berpotensi menaikkan suku bunga sekitar 25 bps-50 bps apabila peningkatan inflasi tidak bisa dibendung di akhir tahun ini. "Apabila hal ini terjadi, tentunya menjadi katalis negatif bagi pasar saham kita karena berpotensi menimbulkan capital outflow (mayoritas investor prefer memilih deposito sebagai instrumen investasinya di keadaan saat ini)," jelasnya.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI

Panduan Praktis Membuat Puisi yang Menginspirasi

Gus Miftah Ajak Gibran Serap Aspirasi Kiai dan Santri di Pesantren

Program Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo-Gibran untuk Jadikan Bangsa Kuat

Orang Tua dan Anak-anak Jadi Korban, Israel Arogan dan Tak Paham Aturan Perang

Menkes Tegaskan Wabah Pneumonia di Tiongkok Bukan Virus Baru seperti Covid-19

26 Orang Diperiksa Kasus Aiman Sebut Oknum Aparat Tak Netral di Pemilu 2024

Pengurus Masjid di Jakut Buka Posko Relawan ke Palestina, 1.000 Orang Sudah Ambil Formulir

MarkPlus Conference ke-18 Digelar 6-7 Desember, Angkat Tema "Unstoppable Future"

Soal Gencatan Senjata, Kedubes Palestina Sebut Situasi di Gaza Masih Buruk

Masih Aman, Utang Negara Sentuh Rp 7.950,52 Triliun

Tangani Stunting, Pemkab Probolinggo Siapkan Program ASN Bapak Asuh

BTN Optimistis Target Laba Tercapai Ditopang Klaim Asuransi Jiwasraya

Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri ke SYL, 30 Saksi Diperiksa di 2 Lokasi

Populasi di Tiongkok Menyusut, Xi Jinping Dorong Organisasi Wanita Promosikan Budaya Melahirkan

Aksi Ribuan Buruh di Karawang Picu Kemacetan Panjang
1
5
B-FILES


Pemilu 2024 vs Kesejahteraan Mental Generasi Z
Geofakta Razali
Rakernas IDI dan Debat Pilpres 2024
Zaenal Abidin
Indonesia dan Pertemuan Puncak APEC
Iman Pambagyo