Depok, Beritaaatu.com - Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Mira Tayyiba menyampaikan, Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga profesional keamanan siber.
"Sembilan dari 10 lulusan teknologi lebih memilih untuk menjadi developer atau pengembang perangkat lunak. Hanya 1 dari 10 yang berminat mendalami keamanan siber. Padahal, ancaman siber di Indonesia semakin meningkat," kata Mira Tayyiba dalam seminar nasional "Today and Tomorrow’s Cybersecurity Talent: Issue and challenges" di Depok, Senin (24/10/2022).
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, serangan siber di Indonesia sepanjang 2021 mencapai lebih dari 700 juta. Indonesia juga berada di urutan pertama kasus serangan ransomware terbanyak di kawasan Asean sepanjang tahun 2021, yaitu 1,3 juta serangan dari keseluruhan sekitar 2,7 juta kasus.
"Indonesia sangat perlu, sudah pada tahap urgent memiliki tenaga profesional di bidang keamanan siber. Tetapi pada kenyataannya, kita masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk mengatasi tantangan keamanan serangan siber yang semakin intensif,”
Mira mengungkapkan, saat ini hanya ada sekitar 10 dari total 4.000 kampus di Indonesia yang memiliki jurusan keamanan siber. Kondisi ini membuat banyak perusahaan mencari ahli keamanan siber dari negara lain.
Karena itu, pemerintah terus melakukan intensifikasi kecakapan digital, termasuk dalam bidang keamanan siber. Hal ini menurutnya tidak hanya dapat berkontribusi pada keamanan siber, tetapi juga pada kondisi ekonomi Indonesia.
Mira mengungkapkan, dalam kondisi tanpa adanya intensifikasi kecakapan digital, potensi talenta digital Indonesia hanya dapat berkontribusi sebesar Rp 1.965 triliun pada 2030. Sedangkan dengan intensifikasi kecakapan digital, kontribusinya bisa mencapai Rp 4.500 triliun di 2030.
Baca selanjutnya
Baca Juga: Minim Ahli Keamanan Siber, Indonesia Sasaran Empuk Hacker
Di kesempatan ...
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com