Jakarta, Beritasatu.com- Kegetiran kerap kali dirasakan Kresna Bayu. Keluar dari bangku kuliah, hingga ditipu ratusan juta rupiah menjadi pengalaman hidup tersendiri bagi pebisnis muda ini. Melawan arus kehidupan bukan hal baru bagi Bayu, pemilik dan Founder Hodwitch, merek fesyen untuk kaos dan hoddie.
Pria yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Gunadharma ini menceritakan perjalanan bisnisnya mulai dari saat merintis, hingga saat ini bisa menerima pesanan ratusan kaos per bulan.
Memulai usaha pada 2017, dan berjaya di saat pandemi mungkin merupakan “hadiah” yang didapat Bayu setelah merasakan kegetiran hidup.
Bayu mengaku mulai menekuni bisnis konveksi tahun 2017 saat dirinya memutuskan keluar dari tempatnya bekerja yakni di satu perusahaan fesyen ternama kelas dunia.
Saat keluar dari perusahaan, Bayu menekuni pekerjaan barunya yakni menjual kaos yang didesainnya sendiri.
"Awalnya saya tidak pakai brand, namun melihat pangsa pasar yang tinggi, akhirnya saya memberanikan diri memberi brand," ujar Bayu saat diwawancarai.
Lewat Daring
Melihat peluang yang ada, Bayu langsung membuat brand yakni Hodwitch, di mana produk unggulannya yakni hoodie dan kaos. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Bayu memilih untuk memasarkan produknya secara daring di beberapa marketplace ternama di Indonesia.
Setelah mendapat respons bagus dari masyarakat, Bayu mulai meningkatkan kualitas produk, mulai dari bahan dasar yang dibuat, pola penjahitan bahan, hingga pengemasan.
Harga yang ditawarkan juga terbilang ramah di kantong anak muda. Dengan uang Rp 180.000, pembeli bisa mendapatkan Produk hoodie ataupun baju berkualitas.
"Dengan harga tersebut, pembeli bisa mendapatkan produk berkualitas dari Hodwitch," ujar mantan mahasiswa jurusan sistem informasi ini.
Meski terbilang mulus menjalani bisnis konveksi, bukan berarti tidak ada hambatan yang ditemui Bayu. Dengan penjualan daring yang dipilihnya, proses produksi menjadi hambatan yang cukup serius bagi Bayu.
Dengan daring, kata Bayu, semua orang bisa melihat produknya kapan saja, sehingga sewaktu ada banyaknya permintaan terkadang stoknya tidak memadai.
"Selalu ada plus minus dari pilihan yang kita buat, namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kreativitas kita menghadapi hambatan menjadi sebuah peluang," tuturnya.
Masalah Produksi
Meski masalah produksi menjadi hambatan, Bayu terus berusaha untuk menjaga kualitas produknya. Pasalnya Hodwitch selalu menggunakan bahan superpremium dalam memproduksi kaos maupun hoodie.
"Saya menyadari bahwa pelanggan merupakan hal penting dalam sebuah bisnis, oleh karena itu kami tidak pernah menurunkan kualitas produk yang kami jual," ucap pria 23 tahun ini.
Tidak hanya kualitas yang membuat Bayu ditantang untuk tetap kreatif. Kompetitor yang ada juga dijadikan motivasi untuk bayu agar bisa belajar dari pesaingnya yang
Terkait nama brand yang dipilihnya, menurut Bayu tidak mengandung arti tertentu. Dia sengaja memberi nama brand tersebut untuk menyiasati agar tidak mudah dipalsukan.
Bayu juga sudah melaporkan brand miliknya ke Hak Atas Kekayaan Intelektual. Hal ini dilakukan agar usahanya terdaftar, sehingga bisa mendapat perlindungan dari pemerintah jika terjadi sesuatu.
Selain itu, makna Witch yang berarti penyihir menurutnya tidak mengandung makna apapun. "Ya intinya dari brand Hodwitch adalah saya yang tadinya bukan apa apa bisa menjadi apa-apa," ujarnya.
Sumber: BeritaSatu.com