Jakarta, Beritasatu.com - Hari ini, warga dunia memperingati Hari Buruh yang merupakan libur nasional di sebagian besar negara. Bagi masyarakat Indonesia, ini baru tahun keenam Hari Buruh menjadi libur nasional.
Bahkan sebelumnya, selama beberapa dekade peringatan itu dilarang pemerintah Orde Baru karena diasosiasikan dengan gerakan komunisme.
Setiap peringatan 1 Mei ini, yang selalu didengar masyarakat adalah aksi buruh turun ke jalan, berapa puluh atau ratus ribu massa buruh yang akan dikerahkan, upaya aparat mencegah tindakan anarkis, dan acapkali sikap beringas buruh yang menyerbu pabrik-pabrik yang nekat beroperasi dan memaksa rekan-rekan mereka ikut berdemonstrasi.
Itu saja yang dominan, tak lebih.
Di banyak negara lain, aksi massa juga bagian dari perayaan Hari Buruh. Namun, Filipina misalnya, memanfaatkan perayaan itu untuk menawarkan lapangan kerja bagi mereka yang masih menganggur, tidak semata-mata aksi jalanan saja.
Di sela pengamanan demonstrasi hari ini, pemerintah Filipina juga berencana membuka job fair di berbagai kota. Kementerian Ketenagakerjaan Filipina berencana menawarkan sekitar 204.000 lapangan kerja baru bagi warganya, menurut berita di ABS-CBN.
Lowongan kerja itu termasuk rekrutmen tentara, polisi, petugas call center, pekerja pabrik, pekerja bangunan, dan tukang kayu. Sementara tawaran kerja di luar negeri termasuk perawat, teknisi, koki, sopir, konstruksi, dan pekerja tata laksana rumah tangga.
Pada umumnya, May Day hari ini akan diwarnai unjuk rasa buruh di berbagai belahan dunia.
Prancis bersiaga penuh menghadapi aksi buruh ini, karena diperkirakan aktivis “rompi kuning” akan ikut bergabung. Gerakan rompi kuning nyaris menggulingkan Presiden Emmanuel Macron dengan tuntutan kenaikan upah buruh yang berlangsung berbulan-bulan dan kerap diwarnai bentrokan dengan aparat dan sudah mengakibatkan korban jiwa serta aksi penjarahan di berbagai kota.
Polisi Prancis memerintahkan para pemilik toko, restoran, dan café yang ada di sepanjang jalur demonstran untuk libur. Selain itu, polisi juga berencana menggeledah tas para demonstran dan memeriksa identitas mereka.
Di negara komunis Kuba, Hari Buruh merupakan perayaan besar. Presiden Miguel Diaz-Canel menjamin bahwa perayaan hari ini akan “menggetarkan” seluruh Kuba.
Perayaan biasanya dipusatkan di Lapangan Revolusi Jose Marti, Havana. Seperti tahun-tahun sebelumnya, delegasi dari berbagai negara akan bergabung dengan May Day Solidarity Brigade. Hari ini, diperkirakan 350 orang dari 32 negara akan bergabung.
Sejarah
Peringatan Hari Buruh Sedunia berawal dari aksi pekerja di Amerika Serikat akhir abad ke-19. Uniknya, Hari Buruh di Amerika justru bukan 1 Mei.
Dalam sebuah konvensi nasional di Chicago pada 1884, Federasi Serikat Pekerja Amerika Serikat mengeluarkan tuntutan bahwa “delapan jam harus dijadikan sebagai jam kerja yang sah dimulai sejak 1 Mei 1886."
Sebelumnya, para pekerja dipaksa bekerja sampai 12 jam sehari atau bahkan tanpa batasan jam oleh kelompok kapitalis di awal era Revolusi Industri.
Pada 1886, sekitar 200.000 buruh di Amerika menggelar aksi di berbagai wilayah menuntut diberlakukannya pembatasan jam kerja delapan jam sehari.
Tepatnya di Chicago 1 Mei 1886, buruh menggelar aksi di Haymarket Square dan kemudian berlanjut ke hari-hari berikutnya serta berujung bentrokan. Pada 4 Mei, ketika polisi mencoba membubarkan massa, sebuah bom meledak dan menewaskan delapan orang, termasuk tujuh polisi. Setelah itu, delapan aktivis buruh ditangkap dan dikenakan dakwaan.
Peristiwa tragis ini kemudian dikenang sebagai Tragedi Haymarket.
Lalu pada 1889, Konferensi Sosialis Internasional memutuskan 1 Mei sebagai hari libur bagi buruh. Namun, Amerika justru menetapkan Hari Buruh pada hari Senin pertama bulan September.
Alasannya, perayaan itu sudah dilakukan pertama kali di awal dekade 1880an oleh Serikat pekerja Pusat, beberapa tahun sebelum Tragedi Haymarket.
Selain itu, Hari Buruh 1 Mei seperti menyulut sentimen anti-komunisme di awal era Perang Dingin. Pada Juli 1958, Presiden AS Dwight Eisenhower menyatakan tanggal 1 Mei sebagai “Hari Kesetiaan” dalam upaya menghindari solidaritas para pekerja dunia selama perayaan May Day. Keputusan yang dia tanda tangani menyatakan 1 Mei sebagai “hari yang spesial bagi kesetiaan terhadap Amerika Serikat dan pengakuan atas jiwa kebebasan Amerika”.