Mataram, Beritasatu.com- General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Cabang Lembar Erry Ardiyanto menyatakan ada tiga kapal pesiar yang memutuskan batal membawa wisatawan ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan alasan sampah di destinasi wisata.
"Sudah tiga dari 26 kapal pesiar yang membatalkan. Alasan utama adalah proses pemulihan setelah gempa dan masalah sampah," kata Erry Ardiyanto usai mengikuti upacara pelepasan peserta Ekspedisi Laskar Nusa 2019 di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Senin (11/3/2019).
Erry Ardiyanto mengatakan informasi pembatalan kunjungan tersebut diterima dari agen kapal pesiar di Singapura. Masing-masing kapal pesiar rencananya mengangkut 1.500 hingga 2.000 wisatawan asing dari berbagai negara. "Sampah di tempat wisata menjadi keluhan," kata Erry Ardiyanto.
Erry Ardiyanto mengatakan, persoaalan sampah tersebut sudah ditanggulangi. Namun pihaknya tidak bisa bekerja sendiri khususnya di destinasi wisata. Perlu dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
Pelindo Cabang Lembar sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti Dinas Pariwisata, dan tokoh-tokoh di NTB, yang berkaitan dengan pariwisata.
"Upaya tersebut kami lakukan supaya masyarakat peduli dan menjaga lingkungan," ucap Erry Ardiyanto.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTB, Dewantoro Umbu Joka mengakui bahwa persoalan sampah dan toilet di destinasi wisata perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah setelah gempa. "Sampah menjadi perhatian itu benar. Jadi sebenarnya perlu pembenahan oleh pemerintah kabupaten/kota selaku pemilik destinasi wisata," kata Dewantoro Umbu Joka.
Menurut Dewantoro Umbu Joka, meski wisatawan kapal pesiar hanya singgah satu hari di Pulau Lombok, namun kedatangan mereka bisa berdampak positif bagi pencitraan NTB sebagai daerah yang memiliki destinasi wisata. "Jangan gara-gara sampah menjadi kendala. Itu masalah internal yang harus kita perbaiki bersama. Seharusnya sebelum wisatawan datang sampah sudah tidak ada dan toilet diperbaiki," ujar Dewantoro Umbu Joka.
Sumber: ANTARA