Jakarta, Beritasatu.com - Keunikan kampung pecinan sebagai pusat kegiatan perdagangan, bisa menjadi generator ekonomi di kawasan sekitarnya. Sehingga, pemerintah daerah harus memperhitungkan kawasan pecinan yang bisa hidup sepanjang masa dari sektor perdagangan dan pariwisata.
Apalagi, kampung Pecinan yang merupakan salah satu kawasan wisata populer yang ada di setiap kota di Indonesia, memiliki keunikan khas dan menarik perhatian banyak wisatawan.
Harapan memiliki kampung pecinan yang lebih teratur, bersih dan tetap menjaga tradisi seni budaya khas Tionghoa, dibahas dalam seminar nasional arsitektur dan budaya yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Permukiman Kampung Kota (PSPKK) Universitas Trisakti dan Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, bekerja sama dengan Kenari Djaja, Kamis (19/11/2020) petang.
Seminar ini, ditujukan kepada para arsitek milenial, mahasiswa jurusan arsitektur, arsitek perkotaan, dan para pengembang properti serta masyarakat umum, yang memegang peran dalam bisnis dan pariwisata di kawasan heritage atau cagar budaya perkotaan.
Direktur Utama sekaligus Founder PT Kenari Djaja Prima, Hendry Sjarifudin mengatakan, melalui seminar ini, diharapkan banyak ide kreatif dan inovatif dalam menjaga kelestarian peninggalan bersejarah di kawasan perkotaan melalui pemikiran akademik dan teknologi industri modern.
"Sebagai penyelenggara, menikmati sekali pemikiran para arsitek untuk mengembangkan kampung pecinan menjadi kawasan yang lebih baik dan modern tanpa menghilangkan ciri khasnya sebagai kawasan perdagangan yang dibanggakan masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia,” ujar Hendry.
Direktur Rumah Khusus Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kempupera), Ir Johny FS Subrata MA mengatakan, beberapa ciri bangunan khusus yang terdapat di kampung pecinan ini menjadi perhatian pemerintah.
"Melalui seminar ini, diharapkan bisa memberikan arah perkembangan kawasan nantinya. Sebabnya, banyak potensi yang dapat digali dan dimanfaatkan sebagai elemen sejarah dalam merajut komunitas pemukiman dan perdagangan pecinan modern yang tetap menarik wisatawan,” kata Johny.
Sementara, peneliti Kampung Pecinan Universitas Soegijapranata, Semarang, Prof Dr Ing LMF Purwanto mengatakan, kegiatan perdagangan menjadi ciri utama kampung pecinan di Jawa Tengah, berbaur dengan tradisi budaya Tionghoa yang khas.
"Hal itu terlihat dari desain bangunan hunian, bangunan pertokoan dan bangunan ibadah yang marak warnanya, diselingi keindahan kriya kerajinan ukir, kain cita, fashion sampai kuliner yang memang memiliki banyak daya tarik,” jelasnya.
Menariknya kehidupan di kampung pecinan juga disampaikan peneliti Perumahan dan Permukiman Universitas Atmajaya Yogjakarta, Dr Ir FX Eddy Arinto March, yang meneliti aspek pemukiman dan sosial budaya kawasan pecinan di Yogyakarta.
Sedangkan arsitek muda dari Universitas Trisakti, Punto Wijayanto ST MT, melihat kampung pecinan merupakan bagian dari kawasan kota pusaka di Indonesia. Sebabnya, berbagai potensi di kampung pecinan, memiliki benang merah sejarah dengan awal kedatangan bangsa Tiongkok ke wilayah nusantara.
"Kawasan di kampung urban ini memiliki peluang untuk lebih maju di masa depan, dengan melihat banyak potensi heritage yang dimilikinya,” kata Punto Wijayanto.
Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, Dr Ir Etty R Kridarso MT, menyambut baik kolaborasi para arsitek dari beberapa universitas yang masing-masing memiliki keahlian tentang kawasan pecinan di wilayah perkotaan ini. "Kita bisa mendapatkan banyak ide yang inovatif untuk membangun salah tujuan pariwisata urban yang unik dan tetap populer ini," pungkasnya.
Sumber: BeritaSatu.com