Surabaya, Beritasatu.com - Deru ombak dari laut lepas di bibir pantai berpasir putih sepanjang 2 kilometer (km) menjadi pemandangan menarik bagi wisatawan lokal saat menghabiskan liburan akhir tahun 2020 lalu di Pantai Tlangoh, Desa Tlangoh, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Anak-anak kecil terlihat sedang bermain di bibir pantai itu. Sebagian ada yang berlarian, ada yang berenang, ada yang mengendarai motor pantai, ada juga yang mengabadikan momen liburan mereka bersama keluarga mereka dengan berswafoto.
Pantai Tlongah kini menjadi wahana wisata baru di Madura. Di pantai berpasir putih itu, pengunjung juga bisa menikmati aneka kuliner. Ada 30 kedai warung makanan dan minuman yang siap menjamu setiap pengunjung.
"Konsepnya memang wisata keluarga. Jadi ibu dan bapak datang bersama anak-anak atau bahkan keluarga besar. Anak-anak bebas bermain, orang tua mengawasi dan menikmati,” kata Kepala Desa Tlangoh Kudrotul Hidayat, Jumat (8/1/2021).
Sebagai destinasi wisata keluarga, Pantai Tlangoh memiliki penjaga pantai yang bertugas bukan hanya mengawasi dan menjaga keamanan pengunjung.
Pantai Tlangoh sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat sebagai tempat yang baik untuk berendam di pagi hari hingga menjelang matahari terbit karena diyakini bisa menyembuhkan penyakit gatal-gatal dan strok. "Asalkan, mereka baru mandi air tawar setelah air hasil berendam menguap tuntas atau bersih,” kata Kundrotul.
Namun, ketenaran Pantai Tlangoh sebagai tempat berendam itu tidak bisa membangkitkan perekenomian warga. Bahkan, pantai terlihat kotor, dipenuhi sampah. Itulah yang mendorong kepala desa dan para pemuda asal Desa Tlangoh untuk menjadikannya sebagai objek wisata.
"Karena itulah kami di awal tahun 2020 mendiskusikan dengan teman-teman PHE WMO. Ternyata mendapat sambutan, dan bahkan dukungan serta bimbingan,” kata Kudrotul.
Destinasi wisata baru ini dibuka sekitar 7 bulan lalu, atau tepatnya sekitar bulan Mei 2020. Dibuka justru saat pandemi Covid-19 terjadi. "Covid-19 tidak menghalangi semangat anak-anak muda di Desa Tlangoh untuk bangkit," imbuh Kudrotul Hidayat.
Bersama PHE WMO, perangkat desa dan pemuda desa yang tergabung dalam Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), dan pemangku kepentingan lainnya mengubah pantai yang kumuh menjadi destinasi wisata keluarga andalan.
Kini setidaknya ada 100 warga Desa Tlangoh yang hidup dari tempat wisata ini, mulai jadi penjaga pantai, petugas kebersihan, penjaga parkir, penjaga pintu masuk, penjual tiket, penjaga toilet, penjaga warung hingga pemilik warung.
"Kami masih menabung untuk menambah wahana foto selfie dan mengembangkan permainan laut seperti parasailing, banana boat dan sejenisnya,” kata Kudrotul.
BACA JUGA
Memunculkan kemandirian dan berkelanjutan serta dijalankan dalam sebuah mekanisme partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan di Telangoh, melengkapi keberhasilan PHE WMO saat mengembangkan Taman Pendidikan Mangrove (TPM) Labuhan, Program Wisata Laut Labuhan, Eco Edufarming Bandangdaja. Empat program unggulan itulah yang mengantarkan PHE WMO meraih Proper Emas di tahun 2020 lalu.
"Program ini menitikberatkan pada sektor wisata melalui pengembangan pariwisata di pesisir utara Bangkalan, Jawa Timur dengan target mewujudkan One Belt One Road (OBOR) pariwisata setempat," kata General Manager PHE WMO Dwi Mandhiri.
Upaya dan inovasi-inovasi sektor sumber daya alam, serta kontribusi di eksternal perusahaan melalui payung program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis pengelolaan lingkungan potensi alam di Bangkalan.itu membawa PHE WMO itu meraih Proper Emas tahun lalu.
Selain Pantai Tlangoh, masih ada pantai-pantai lain yang juga menunggu sentuhan tangan PHE WMO untuk mendorong kebangkitan ekonomi dan kemandirian masyarakat pesisir Utara Madura. Diantaranya adalah Pantai Pandela Lajing, Pantai Tengket Sepulu, dan Pantai Biru Telagabiru. Posisi pantai-pantai itu sesuai dengan semangat PHE WMO program OBOR pariwisata Bangkalan.
Sumber: BeritaSatu.com