Coba membawakan musik yang berbeda dari gaya mainstream musisi tanah air lain di industri hiburan, membuat grup Gugun Blues Shelter merasa harus memberanikan diri untuk memulai segalanya dari bawah.
"Di awal karier, kita bermain di klab-klab kecil. Penontonnya sedikit, tapi kita coba untuk terus konsisten membawakan musik kita. Kami enggak menyebarkan musik blues, tapi menyebarkan musik yang kita suka," kata Gugun saat dijumpai di Rolling Stone Cafe, Rabu (23/5).
"Kami berusaha untuk tidak asik main sendiri. Ada konsep yang kita buat bagaimana supaya bisa diterima khalayak luas. Memang kalau blues hanya komunitas kecil, cuma kalau kita balik lagi ke era zaman blues masih populer, mereka bisa meracik blues jadi pop seperti The Beatles atau Rolling Stones yang punya basic blues. Itu yang kita lakukan," imbuhnya.
Kemunculan mereka pada pertengahan tahun 2000 dinilai Gugun selaku penggagas grup yang digawanginya bersma Jono (bass) dan Bowie adalah pada saat yang tepat.
"Saat industri musik sedang jenuh dengan musik yang itu-itu melulu. Kita coba meramu musik blues yang monoton diganti dengan yang lebih segar. Kalau pendengar yang biasa (dengan Blues) terus mereka telaah, pasti mereka tahu," jelasnya.
Kurang bisa diterima pada awal kariernya dalam mempopulerkan jenis musik Blues tersebut dinilai Gugun ialah karena adanya benturan budaya pada khalayak penikmat musik yang ada di tanah air.
"Orang belum lihat musik ini (Blues) sebagai sebuah industri. Kita memang berniat bisa jadi sentilan buat industri kalau ada musik seperti ini. Sekarang, sedikit banyak sudah mulai berhasil. Di radio tanpa kita minta sudah mulai diputar (lagu-lagu Gugun Blues Shelter)," ungkap Gugun.
Membawakan gaya Blues yang sedikit berbeda dan jauh dari 'nuansa kaku' dikatakan oleh lelaki yang jenis musiknya dipengaruhi oleh Jimmy Hendrix dan Stevie Ray Vaughn ini bukanlah bentuk sikap melunak pada pasar industri musik tanah air. "Justru kita ingin membuat pasar sendiri," pungkasnya.