Semarang, Beritasatu.com - Pesta demokrasi yang semestinya menggembirakan dan membahagiakan justru berada dalam situasi kritis karena cenderung terlalu politis. Eskalasi ketegangan memanas oleh karena keterbelahan dua kubu pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Plus kubu penyeru ajakan golput, suasana bukannya adem ayem tentrem, melainkan kian memanas.
Terkait kondisi itu, Romo Aloys Budi Purnomo Pr memilih menyerukan kerukunan, kemanusiaan, dan kebangsaan dengan menggelar pameran seni rupa pada 23-24 Maret 2019 di Pastoran Johannes Maria Unika Soegijapranata Gg Kampung Asri, Semarang, Jawa Tengah.
“Pameran seni tersebutt hasil elaborasi saya bersama beberapa kawan pecinta seni, budaya, dan sastra puisi dalam Tim Karya Kerasulan Jurnalistik Inspirasi, Lentera yang Membebaskan bersinergi dengan Sanggar Seni Tosan Aji Gedongsongo Ungaran, dan Campus Ministry Unika Soegijapranata dan didukung Gusdurian Semarang menyelenggarakan pameran dan pentas seni budaya serta sastra ini,' kata Romo Budi melalui keterangan tertulisnya Jumat (22/3/2019).
Menurut Romo Budi, peristiwa tersebut sekaligus menjadi kelanjutan Pameran Lukisan 21-25 Maret 2018 tahun lalu yang bertajuk "Perdamaian Palestina, Kerukunan Kita". Sedangkan tema kali ini, 23-24 Maret 2019 adalah "Kian Berbagi Berkat bagi Kerukunan, Kemanusiaan dan Kebangsaan".
Sebagai penanggung jawab peristiwa seni budaya dan sastra ini, Romo Budi memberi fokus perhatian kepada para romo, suster, aktivis perempuan dan penyandang disabilitas untuk menampilkan karya seni rupa mereka. Dari kalangan romo dan suster ada Romo Lukas MSF, Romo Ipenk MSF, Romo Wito Pr, Romo Budi Purwantoro Pr, Romo Harikus Pr (almarhum), Romo Suryonugroho Pr, Romo Tri Wahyono Pr, dan Sr. Laurentia PI.
Dari aktivis perempuan ada Rita dan Lely. Ada pula Rama Dani Syafriyar, remaja penyandang autisme, Panti Asuhan Cacat Ganda YSS, Komunitas Sahabat Difabel Semarang. Total karya adalah 51 karya dari beragam materi, cat minyak di kanvas, cat air di kertas, akrilik di kanvas, pastel dan pensil di kertas. Total yang terlibat dalam karya seni rupa sebanyak 20 orang.
“Prinsip dan semangat kami adalah berbagi untuk kerukunan, kemanusiaan dan kebangsaan. Pameran dilaksanakan dalam semangat demokrasi yang membahagiakan dan menggembirakan. Karenanya, pameran diwarnai pula pentas seni dan satra berupa musik hadroh dari UIN Walisongo, 15 penari Sufi dari Al-Islah, dan pembacaan puisi oleh Sosiawan Leak, Kelana Siwi, Arbi dan Zakiyah,” jelas Romo Budi.
Dalam pameran juga akan dilaksanakan festival mewarnai telur perdamaian. Suasana gembira ditandai dengan yel-yel modifikasi lagu Pramuka "Apa Guna Keluh-Kesah" yang dimotori Racana Unika Soegijapranata. Modifikasi sesuai tema menjadi seperti ini:
Apa guna keluh kesah 2×
Kerukunan haruslah dijaga
Apa guna keluh kesah
Apa guna keluh kesah 2x
Kemanusiaan harus dibela
Apa guna keluh kesah
Apa guna keluh kesah 2x
Kebangsaan haruslah dirawat
Apa guna keluh kesah
Romo Budi menambahkan, keterlibatan sinergis panitia didukung banyak pihak, yakni OMK Kevikepan Semarang, V-Talent YPAK, CMC dan Korsa Unika Soegijapranata, serta Sanggar Seni Gedongsongo yang dikomandani seorang perupa yakni Soetikno MA, yang juga menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Pameran Seni Rupa dan Pentas Seni Budaya Sastra ini.
“Kian berbagi berkat melalui keterlibatan sinergis. Tapi juga ini, beberapa lukisan karya mendiang Romo Harikus Pr, misalnya, apabila dibeli oleh siapa pun, seluruhnya akan dipersembahkan untuk pembangunan Rumah Sepuh Para Romo Projo Keuskupan Agung Semarang,” ujar Romo Budi.
Sumber: Investor Daily