Sabtu, 1 April 2023

Tepat Meramal Gempa Turki, Frank Hoogerbeets Prediktor Gempa Gadungan?

Dwi Argo Santosa / DAS
Kamis, 9 Februari 2023 | 11:46 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Tepat meramalkan gempa Turki, nama Frank Hoogerbeets menjadi pembicaraan netizen. Kutipan ramalannya viral. Media massa pun ramai memberitakan ketepatan ramalan peneliti asal Belanda ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, Frank Hoogerbeets meramalkan gempa bumi dahsyat di Turki tiga hari sebelum kejadian.

Dalam cuitannya yang diunggah pada 3 Februari 2022 lalu, ia meramalkan bahwa gempa bumi berkekuatan lebih dari M 7,5 akan melanda wilayah Turki Selatan-Tengah, Yordania, Suriah, dan Lebanon pada Februari 2023.

Advertisement

Prediksinya menjadi kenyataan tiga hari kemudian. Pada Senin (6/2/2023) subuh waktu setempat, terjadi gempa M 7,8 dan M 7,6 yang menewaskan belasan ribuan orang di Turki dan Suriah.

Hoogerbeets, seperti ditulis oleh Tech Times, memproklamirkan diri sebagai peramal gempa atau quake mystic. Namun media Inggris, Express, menyebutnya sebagai prediktor gempa gadungan. Pasalnya, ia disebut menggunakan cara yang tidak diakui secara ilmiah dalam memprediksi gempa bumi.

Selain itu, sejumlah ramalannya -tepatnya sebuah peringatan akan kemungkinan adanya gempa- tidak tepat atau tidak terjadi.

Di sisi lain, Hoogerbeets disebut mengakui bahwa dirinya mengandalkan petunjuk dari roh dan formasi crop circle untuk meramalkan kapan gempa bumi berikutnya akan menghantam planet ini.

Tepat Meramal Gempa Turki, Frank Hoogerbeets Prediktor Gempa Gadungan?
Ramalan Frank Hoogerbeets diunggah di Twitter.

Crop circle adalah kemunculan pola simetris di hamparan luas lahan atau padang. Pola ini biasanya terjadi di padang rumput atau persawahan. Pola ini kerap dianggap sebagai jejak keberadaan alien atau unidentified flying object (UFO).

Di Indonesia pernah ditemukan crop circle di tengah persawahan Gunung Suru, Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, pada 23 Januari 2011. Namun pihak berwajib waktu itu memastikan bahwa crop circle itu buatan manusia meski tidak dapat menemukan siapa orang atau sekelompok orang yang dimaksud.

Frank Hoogerbeets mengatasnamakan diri dari Solar System Geometry Survey (SSGEOS) atau Survei Geometri Tata Surya. SSGEOS memantau geometri benda langit dalam kaitannya dengan aktivitas yang berkaitan dengan gempa bumi atau seismik.

Secara sederhana, teori Frank Hoogerbeets ini menjelaskan bahwa tata letak benda langit berkaitan dengan terjadinya gempa di planet Bumi. Posisi beberapa planet yang sejajar atau membentuk kurva tertentu memberi andil gelombang elektromagnetik ke Bumi sehingga menyebabkan gempa.

Tepat Meramal Gempa Turki, Frank Hoogerbeets Prediktor Gempa Gadungan?
Frank Hoogerbeets menerangkan konjungsi planet yang mempengaruhi terjadinya gempa bumi.

Disebutkan dalam situs SSGEOS, petunjuk bahwa geometri tertentu di Tata Surya dapat menyebabkan gempa bumi ditemukan pada 23 Juni 2014, ketika tiga gempa berkekuatan magnitudo (M) 6 terjadi di Pasifik Selatan.

Gempa itu diikuti oleh tiga gempa lagi di Pasifik Utara dengan puncak berkekuatan M 7,9, yang semuanya terjadi dalam beberapa jam. Peristiwa itu merupakan peningkatan seismik yang tiba-tiba di bulan yang relatif tenang.

Situs yang dikelola Hoogerbeets itu mengeklaim fenomena yang terkenal itu tidak dapat dijelaskan dengan seismologi. Namun, dengan menggunakan perangkat lunak simulasi Tata Surya tampak bahwa sekitar tanggal 23 Juni 2014 enam benda langit terlibat dalam konjungsi planet yang menyatu menjadi segitiga.

Ketika itu selain aktivitas seismik yang besar berupa gempa, sebuah meteo-tsunami terjadi di Mediterania yang merambat ke Laut Hitam.

Tsunami adalah gelombang samudra raksasa yang dipicu terutama oleh gempa bumi yang dapat menggelinding ke darat, menyebabkan hilangnya nyawa dan bencana. Sedangkan meteo-tsunami adalah gelombang besar yang dipicu oleh gangguan tekanan udara yang sering dikaitkan dengan peristiwa cuaca yang bergerak cepat.

Meteo-tsunami dari tanggal 23 hingga 27 Juni 2014 itu belakangan oleh sebuah studi ilmiah diungkap sebagai akibat dari "gaya atmosfer yang tidak biasa".

Gaya atmosfer yang tidak biasa inilah yang diyakini Hoogerbeets terjadi karena gelombang elektromagnetik dari posisi planet-planet tadi.

Situs SSGEOS juga menyebut sejumlah contoh gempa-gempa besar sebelumnya yang dikaitkan dengan posisi tertentu dari sejumlah planet di Tata Surya.



Saksikan live streaming program-program BTV di sini


Bagikan

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

1035799
1035798
1035797
1035796
1035744
1035795
1035794
1035793
1035792
1035791
Loading..
Terpopuler Text

Foto Update Icon