Neil Armstrong Tertawakan Rumor Teori Konspirasi Pendaratan di Bulan

Neil Armstrong (kanan) berpose bersama mantan presiden AS, George W Bush. (AFP)
"Saya tahu, akan ada orang yang terbang ke bulan dan mengambil kamera yang saya tinggalkan di sana"
Neil Armstrong, orang pertama yang berjalan di bulan, amat jarang bersedia diwawancara. Dalam satu wawancara yang dilakukan tahun lalu namun dipublikasikan ulang baru-baru ini, sang astronaut akhirnya mau mengomentari rumor teori konspirasi yang menuduh pendaratan di bulan itu hanya kebohongan.
Astronaut yang sangat menjunjung privasinya itu akhirnya memutuskan untuk buka mulut tentang tuduhan teori konspirasi oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
Sejak penerbangannya di tahun 1969, astronaut yang kini berusia 82 tahun itu amat jarang menyediakan waktu untuk diwawancara oleh media.
Uniknya, tahun lalu ia bersedia untuk berbicara tentang pendaratan di bulan itu kepada sebuah majalah asal Australia yang membahas khusus tentang akuntansi.
Ketika ditanya oleh majalah tersebut tentang teori konspirasi yang dituduhkan terhadap misi yang membesarkan namanya itu, Armstrong tertawa.
Armstrong mengatakan, tak mungkin staf yang terlibat dalam pendaratan di bulan itu, yang jumlahnya sekitar 800 ribu personel NASA saat itu bisa menyimpan rahasia sebesar itu.
"Orang-orang suka teori konspirasi, [hal-hal] semacam itu sangat menarik. Tetapi, hal-hal itu tak pernah membuat saya khawatir, karena saya yakin akan ada orang yang terbang lagi ke sana dan mengambil kamera yang saya tinggalkan di sana," kata Armstrong.
Teori konspirasi yang beredar mengatakan, pendaratan tersebut adalah upaya propaganda yang dilakukan oleh pemerintah AS dan teknologi yang ada di tahun 1969 belum cukup untuk melakukan misi itu.
Pernyataan Armstrong dalam wawancara temu langsung ini direkam video oleh majalah Certified Practicing Accountants (CPA) yang berbasis di Australia selama sejam.
Dalam wawancara itu ia mengatakan, "Sebulan sebelum peluncuran Apollo 11, kami memutuskan untuk cukup berani mencoba peluncuran tersebut, untuk menyentuh permukaan bulan. Saya pikir, kami punya 90 persen kesempatan untuk kembali ke bumi, namun hanya 50-50 kemungkinan untuk mendarat di upaya pertama."
Pemimpin redaksi CPA, Alex Malley mengatakan, ia meminta wawancara yang baru diunggah ke situs majalah itu setahun setelahnya itu karena Armstrong adalah orang Australia dan tahun lalu memberi bantuan cukup besar untuk ulang tahun ke-125 organisasi tersebut.
"Saya tahu satu hal yang orang lain tak tahu, semasa hidupnya, ayah Armstrong adalah seorang auditor," kata Malley menjelaskan alasan wawancara yang jarang itu bisa terwujud.
Neil Armstrong, orang pertama yang berjalan di bulan, amat jarang bersedia diwawancara. Dalam satu wawancara yang dilakukan tahun lalu namun dipublikasikan ulang baru-baru ini, sang astronaut akhirnya mau mengomentari rumor teori konspirasi yang menuduh pendaratan di bulan itu hanya kebohongan.
Astronaut yang sangat menjunjung privasinya itu akhirnya memutuskan untuk buka mulut tentang tuduhan teori konspirasi oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
Sejak penerbangannya di tahun 1969, astronaut yang kini berusia 82 tahun itu amat jarang menyediakan waktu untuk diwawancara oleh media.
Uniknya, tahun lalu ia bersedia untuk berbicara tentang pendaratan di bulan itu kepada sebuah majalah asal Australia yang membahas khusus tentang akuntansi.
Ketika ditanya oleh majalah tersebut tentang teori konspirasi yang dituduhkan terhadap misi yang membesarkan namanya itu, Armstrong tertawa.
Armstrong mengatakan, tak mungkin staf yang terlibat dalam pendaratan di bulan itu, yang jumlahnya sekitar 800 ribu personel NASA saat itu bisa menyimpan rahasia sebesar itu.
"Orang-orang suka teori konspirasi, [hal-hal] semacam itu sangat menarik. Tetapi, hal-hal itu tak pernah membuat saya khawatir, karena saya yakin akan ada orang yang terbang lagi ke sana dan mengambil kamera yang saya tinggalkan di sana," kata Armstrong.
Teori konspirasi yang beredar mengatakan, pendaratan tersebut adalah upaya propaganda yang dilakukan oleh pemerintah AS dan teknologi yang ada di tahun 1969 belum cukup untuk melakukan misi itu.
Pernyataan Armstrong dalam wawancara temu langsung ini direkam video oleh majalah Certified Practicing Accountants (CPA) yang berbasis di Australia selama sejam.
Dalam wawancara itu ia mengatakan, "Sebulan sebelum peluncuran Apollo 11, kami memutuskan untuk cukup berani mencoba peluncuran tersebut, untuk menyentuh permukaan bulan. Saya pikir, kami punya 90 persen kesempatan untuk kembali ke bumi, namun hanya 50-50 kemungkinan untuk mendarat di upaya pertama."
Pemimpin redaksi CPA, Alex Malley mengatakan, ia meminta wawancara yang baru diunggah ke situs majalah itu setahun setelahnya itu karena Armstrong adalah orang Australia dan tahun lalu memberi bantuan cukup besar untuk ulang tahun ke-125 organisasi tersebut.
"Saya tahu satu hal yang orang lain tak tahu, semasa hidupnya, ayah Armstrong adalah seorang auditor," kata Malley menjelaskan alasan wawancara yang jarang itu bisa terwujud.
Bagikan
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
1068729
Sahroni: Kasus Tewasnya Ajudan Kapolda Kaltara Jadi Pertaruhan Nama Baik Polri
NASIONAL
31 menit yang lalu
1068744
Kasus Brigadir Setyo Herlambang, Polisi Diminta Tak Berikan Pernyataan Tanpa Fakta
NASIONAL
48 menit yang lalu
1068739
Kaesang Gabung PSI, Gibran Ungkap Ada yang Coba Adu Domba dengan Alam Ganjar
BERSATU KAWAL PEMILU
1 jam yang lalu
1068736
Cak Imin Jadi Cawapres Anies, Massa 212 Diprediksi Dukung Prabowo
BERSATU KAWAL PEMILU
1 jam yang lalu
1068734
1068733
1068731
1068749
1068730
Tewaskan 4 Orang, Begini Kronologis Lengkap Kecelakaan Maut di Exit Tol Bawen
NUSANTARA
2 jam yang lalu
1068728
ARTIKEL TERPOPULER
1
Polri Terbitkan 4 SKCK Bakal Capres dan Cawapres
BERSATU KAWAL PEMILU
B-FILES


Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin
Identitas Indonesia
Yanto Bashri