JAKARTA – Kanker masih menjadi penyakit terganas yang mematikan di Indonesia. Setidaknya 3 jenis penyakit kanker kerap mengisi daftar 10 penyakit mematikan.
Hal ini disampaikan di Acara “Menepis Mitos tentang Kanker” di Aula Departemen Radioterapi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Kamis (21/3).
Setidaknya, dalam setahun RSCM dapat menerima 1.600 pasien kanker. Sementara, dalam sehari, sekitar 200 orang pasien kanker berobat ke RSCM.
Mitos seputar kanker banyak berkembang di masyarakat. “Beberapa orang menganggap kanker itu disebabkan oleh nasib buruk. Tentu saja hal ini tidak benar,” ujar dr. Gatot Purwoto.
Ia menjelaskan bahwa kanker disebabkan oleh unsur genetik dan lingkungan. “Hanya saja, untuk banyak kasus kanker, unsur genetik hanya berperan 5-10%. Yang paling berpengaruh adalah pola hidup,” sambung Dr. Ahmad Kurnia.
Para dokter sering kali prihatin dengan pasien kanker yang lebih memilih jalur pengobatan alternatif yang tidak logis.
“Di Bekasi pernah saya temui tempat pengobatan yang menjanjikan kesembuhan pasien kanker dengan memindahkan penyakit itu ke kambing. Tiap harinya klinik tersebut ramai dikunjungi orang. Pengobatan seperti ini sangat tidak benar,” terang Dr. Zanil Musa.
Kurnia menjelaskan bahwa pengobatan alternatif sejatinya tidak bisa mengobati kanker. Banyaknya orang yang takut ke dokter membuat dokter kesulitan.
“Mereka biasanya ke pengobatan alternatif dulu. Ketika makin parah dan tak kunjung sembuh, baru mereka ke dokter. Ini yang mempersulit kerja dokter,” terangnya.
Celakanya, orang-orang yang membuka klinik pengobatan alternatif tersebut sebagian besar tidak punya latar belakang kedokteran. “Bahkan, walaupun dia bergelar doktor, tetapi tidak punya latar belakang kedokteran, maka ia tak boleh dipercaya dalam mengobati kanker,” terang Dr. Soehartati Gondhowiardjo yang mengeluhkan banyaknya praktik pengobatan alternatif yang menipu masyarakat.
Adanya tindakan yang tidak rasional dari pasien kanker pernah pula dialami oleh Esterina Sutiono. Pasien kanker payudara ini pernah bertindak irasional dengan mengunjungi klinik-klnik pengobatan alternatif selama 4 tahun.
“Saat itu saya sangat takut ke dokter. Pikiran saya langsung melayang bahwa payudara saya akan langsung dipotong,” ujar perempuan yang didiagnosis kanker payudara sejak tahun 1996 ini.
Ternyata pengobatan alternatif tersebut malah membuat kanker Ester memburuk. “Saya ikuti pengobatan mulai dari tusuk jarum, refleksi, serta minum ramuan-ramuan,” kenangnya. “Mereka kerap meyakinkan bahwa saya bisa sembuh dan apa yang saya alami ini bukanlah kanker,” imbuhnya. Barulah ketika benjolan di payudaranya semakin parah, ia beralih ke dokter.
Ester pun bercerita teman-temannya yang sesama pasien kanker memang kerap melakukan hal bodoh seperti itu. Bahkan, temannya yang seorang dokter pun terpengaruh dengan janji manis klinik pengobatan alternatif.
“Jangan sampai terjebak dengan iklan pengobatan kanker yang tidak jelas. Bila merasa ada yang tidak beres dengan tubuh sendiri segera ke dokter,” himbaunya.
Mitos lainnya adalah isu mengenai radiasi telepon genggam yang dapat memicu tumor dan kanker. Nyatanya, dari sekian penelitian yang dilakukan, tidak ada hubungan antara radiasi telepon genggam dengan tumor. Radiasi dari telepon genggam diyakini tidak akan merusak sel-sel tubuh.
Meski mematikan, kanker tetap bisa ditangani asal diperiksa sejak dini. “Tidak perlu takut. Bila masih tahap awal, akan mudah diatasi,” terang Soehartati.