Jakarta – Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperkirakan prevalensi penderita kanker di Indonesia mencapai 4,3 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2030, diperkirakan akan ada sebanyak 17.000.000 kematian akibat kanker. Sebanyak 70 persen merupakan penderita di negara berkembang.
“Potensi terjadinya penyakit kanker lebih tinggi pada orang berusia lanjut,” terang Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Soehartati Gondhowiardjo.
Pada orang di usia 30 tahun, sebanyak 25 dari 100.000 orang terkena kanker. Jumlah itu meningkat menjadi 98 orang dari 100.000 pada rentang usia 45-50 tahun. Sementara di atas 50 tahun menjadi 470 dari 100.000 orang.
Di Indonesia, kasus kanker yang paling banyak dialami oleh kalangan menengah ke bawah adalah kanker serviks. Sedangkan untuk kalangan menengah ke atas, kasus yang paling banyak adalah kanker payudara. Untuk anak-anak, kasus kanker mata dan leukemia masih mendominasi.
“Namun, jumlah pasien kanker laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir seimbang,” terang Soehartati saat diwawancara di RSCM Jakarta pada Kamis (21/3).
Soehartati berpendapat, secara kualitas, tenaga medis di Indonesia sudah kredibel dalam menangani kanker. Namun, sayangnya, fasilitas untuk pasien kanker masih belum terpenuhi dengan baik.
“Di Indonesia, fasilitas untuk pasien kanker baru memenuhi 15 persen dari yang seharusnya,” terangnya.
Ia mengkritik minimnya fasilitas untuk pasien kanker di daerah luar Jawa. “Meskipun jumlah pasien kanker sedikit di provinsi tertentu, bukan berarti ia tidak perlu dilayani,” keluhnya.