Jakarta - International Diabetes Federation (IDF) menyatakan, bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berusia 20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi di bawah China, India, USA, Brasil, Rusia, dan Meksiko.
Melihat fakta tersebut, pengendalian faktor risiko Diabetes Melitus (DM) harus segera dilakukan. Lantas, bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk menghentikan laju diabetes?
Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang ikut hadir dalam acara peluncuran Blueprint for Change hasil kerja sama Novo Nordisk dan Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI mengatakan, saat ini Jakarta sudah mempunyai banyak Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk monitoring dan deteksi dini faktor risiko DM.
“Kita sudah menata konsep di mana nanti tiap-tiap rumah susun di bawahnya terdapat semacam klinik, dan juga pasar. Jadi, yang paling penting sekarang adalah membantu memberitahu warga kondisi kesehatannya. Hasil penelitian mereka (Novo Nordisk) menemukan lebih dari 54 persen orang tidak tahu dia kena diabetes, dan komplikasi dari diabetes ini yang mengerikan,” ujar Basuki yang akrab disapa Ahok di Jakarta, Selasa (3/9).
Menurutnya, bila seseorang sudah mengetahui dia mengidap diabetes, lalu diobati dan diet dengan baik, maka hidupnya bisa normal seperti yang lainnya.
"Jakarta harus menjadi model pengendalian penyakit diabetes. Cek kesehatan dan enyahkan asap rokok. Kita juga akan menaikan cukai rokok sebesar 10 persen supaya orang miskin tidak menghabiskan uangnya lebih banyak di rokok," tambah Ahok.
Wagub DKI juga berpesan untuk tetap berperilaku "cerdik" guna menghentikan laju diabetes melitus seperti yang dipaparkan Kemenkes RI dalam diskusi Blueprint for Change, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.