Jakarta - Banyak mitos yang beredar mengenai penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang, berpengaruh pada peningkatan risiko kanker. Namun, benarkah hal tersebut?
Deputy GM Family Planning & Reproductive Health DKT Indonesia yang juga membawahi Kontrasepsi Andalan, Basuki Dwi Harjanto, menjelaskan, mitos mengenai pengaruh antara kontrasepsi hormonal dengan peningkatan risiko kanker tidak seluruhnya benar.
"Sampai saat ini belum ada studi yang adequate untuk menjelaskan hal tersebut. Pada dasarnya, risiko kanker akan meningkat pada wanita yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga-nya, serta tidak menjaga pola hidup sehat," ungkap Basuki dalam siaran pers yang diterima Senin (6/2).
Studi menunjukkan, lanjut Basuki, penggunaan kontrasepsi justru akan meningkatkan kesehatan seorang wanita, dengan beberapa manfaat di antaranya mengurangi risiko kanker ovarium, mengurangi jerawat, mengurangi risiko endometriosis. "Kontrasepsi juga terbukti membantu mengurangi anemia," kata dia.
Lebih lanjut, Basuki mengatakan, tingkat hormon estrogen dan progestin wanita yang tinggi memang dapat memicu pertumbuhan dari sel kanker. Akan tetapi, kanker dipicu oleh hal yang kompleks dan multi faktor tidak hanya dari satu sumber saja.
"Selain itu, pada saat ini kontrasepsi hormonal yang memiliki kadar estrogen tinggi sudah tidak dipasarkan lagi. Sehingga, kontrasepsi hormonal yang ada dipasaran saat ini sudah mengandung kadar hormon yang rendah dan aman untuk digunakan," jelasnya.
Basuki menekankan, pada dasarnya efek penggunaan kontrasepsi berbeda-beda pada setiap wanita. Oleh karena itu, untuk mengetahui metode kontrasepsi yang benar-benar tepat, harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter obsgyn maupun bidan.
"Sebab, merekalah yang dapat menentukan kriteria kelayakan medis penggunaan metode kontrasepsi bagi pengguna berdasarkan faktor genetik dan gaya hidup," tutup Basuki.
Sumber: Investor Daily