Jakarta, Beritasatu.com - Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak awal tahun 2020, telah membuat banyak perubahan dalam semua aspek kehidupan masyarakat di Indonesia.
Sayangnya, tidak semua individu siap dan dapat beradaptasi dengan situasi ini. Hal itu, tentu saja akan mempengaruhi mental ataupun kejiwaan seseorang. Untuk itu, menjaga kesehatan jiwa juga sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik di masa pandemi ini.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Siloam Hospitals Palangkaraya, dr Etty Christina Baboe SpKJ mengatakan, secara tidak langsung pandemi Covid-19 juga berdampak pada kesehatan mental. Hal itu ditandai dengan gejala psikiatrik berupa cemas akan sesuatu yang buruk akan terjadi, kuatir berlebih, mudah marah, dan sulit rileks.
"Ada pula yang merasa sedih sehingga mengalami gangguan tidur, kurang percaya diri, mudah lelah, dan kurang minat. Hingga timbul perasaan takut," ujar dr Etty di sela Health Talk Siloam Hospitals Palangkaraya, Jumat (4/9/2020).
Bahayanya, lanjut Etty, efek stres ini juga akan mempengaruhi tubuh. Mulai dari otak dan sistem saraf berupa nyeri kepala dan tidak bertenaga, kardiovaskuler dengan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, pencernaan mengalami mual, nyeri perut, dan gangguan nafsu makan. "Bisa juga akan mempengaruhi pankreas sehingga peningkatan risiko diabetes hingga organ produksi dapat berupa gangguan siklus menstruasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dr Etty memaparkan, menjaga kesehatan jiwa tak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik selama masa pandemi ini. Caranya, dengan jaga gizi seimbang, makan dan minum yang sehat dan teratur, istirahat dan tidur yang cukup, dan tetaplah sibuk dengan menjalankan hobi serta minat.
"Jika diperlukan buat daftar kegiatan yang membuat suasana hati menjadi senang dan nyaman. Lakukan me time, dan jangan ragu-ragu untuk menyampaikan perasaan kepada orang yang dipercayai," jelasnya.
Tidak hanya itu, kata dr Etty, lakukan kegiatan dan kebiasaan baik selama di rumah. Misalnya lakukan kegiatan harian secara teratur, olahraga ringan dan gerak tubuh seperti senam ringan. "Bisa juga menonton film kesukaan. Serta, selalu terhubung dengan teman atau sebaya secara daring. Tak lupa beribadah dan berdoa,” paparnya.
Kondisi pandemi ini, kata dr Etty, juga mempengaruhi kejiwaan anak-anak. Untuk itu, bantu anak-anak menemukan cara positif untuk mengekspresikan perasaan seperti ketakutan dan kesedihan. Tetap lakukan rutinitas yang sudah biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sebanyak mungkin atau ciptakan rutinitas baru.
"Hindari memisahkan anak-anak dari pengasuhnya sedapat mungkin. Bisa juga mengajak anak mendiskusikan Covid-19 secara jujur dan disesuaikan dengan usianya," tandasnya.
Sedangkan bagi lanjut usia atau lansia, lanjut dr Etty, terutama yang diisolasi dan mereka dengan penurunan kognitif atau demensia dapat menjadi lebih cemas, marah, stres, gelisah, dan menarik diri selama wabah atau saat di karantina.
"Berikan dukungan praktis dan emosional melalui jejaring informasi seperti keluarga dan profesional kesehatan. Bagikan fakta sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami tentang apa yang sedang terjadi dan berikan informasi yang jelas tentang cara mengurangi risiko infeksi. Bantulah atau berikan akses ke pusat layanan kesehatan terutama pada lansia dengan komorbid penyakit fisik," tegasnya.
Sumber: BeritaSatu.com