Jakarta, Beritasatu.com - Hingga hari ini, tercatat sebanyak 136 dokter gugur akibat Covid-19. Menurut Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tingginya angka kematian dokter akibat Covid-19 itu berkorelasi dengan tren meningkatnya kasus Covid-19 di suatu wilayah.
“Memang belum ada penelitian yang komprehensif, tetapi ketika kita melihat tren. Misalnya ketika di Surabaya lagi tinggi-tingginya angka Covid-19, banyak tenaga medis yang meninggal di sana. Begitu pula ketika di Jakarta kasus tinggi, maka banyak dokter meninggal. Kita juga melihat ketika kasus meningkat tinggi di Aceh, banyak tenaga medis meninggal di sana. Jadi dari tren tentu ada korelasi,” kata Ketua Tim Pedoman dan Protokol Kesehatan dari Tim Mitigasi PB IDI, dr. Eka Ginanjar kepada Suara Pembaruan, Kamis (15/10/2020).
Baca juga: Dokter Meninggal karena Covid-19 Terus Bertambah, IDI: Ini Situasi Krisis
Eka melanjutkan, tingginya kasus Covid-19 di suatu daerah berdampak pada sisi pelayanan kapasitas fasilitas kesehatan (faskes) yang penuh oleh pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Kondisi ini menyebabkan layanan faskes terganggu, bahkan tenaga kesehatan ikut terpapar. Sebab, rumah sakit (RS) banyak yang tidak siap menampung pasien Covid-19 dengan baik.
Selain itu, meningkatnya kasus di suatu daerah juga memicu semakin banyak orang yang berstatus orang tanpa gejala (OTG). Dengan begitu, banyak ditemui pasien yang mengontrol kesehatan, mengalami kecelakaan patah tulang, maupun melahirkan ternyata positif Covid-19. Pasalnya, 80% pasien Covid-19 adalah OTG, sehingga banyak tenaga kesehatan di RS non-Covid-19 ikut terinfeksi.
“Jadi banyak juga dokter yang terpapar Covid-19 justru tidak menangani Covid-19 secara langsung. Mereka menangani pasien non-Covid-19 yang ternyata OTG karena di satu daerah meningkat kasus positifnya. Jumlah OTG banyak lalu mereka berobat ke RS non-Covid-19,” terang Eka.
Ia mengatakan, semakin meningkatnya jumlah dokter meninggal akibat Covid-19 merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, saat ini ketersediaan dokter terbatas, khususnya dokter spesialis yang jumlahnya masih sangat minim.
Untuk itu, Eka mengimbau kepada masyarakat untuk bergotong royong memutus mata rantai penularan Covid-19 dengan patuh melaksanakan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Sementara kepada pemerintah, Eka mendorong untuk melakukan 3T, yakni testing, tracing, dan treatment serta tidak menyelenggarakan acara yang mengumpulkan orang banyak.
“Jadi pemerintah sebisa mungkin melakukan testing dan tracing sebanyak-banyaknya sehingga ditemukan pasien-pasien OTG sehingga tidak menulari tenaga medis. Lalu untuk treatment, tugas pemerintah adalah memenuhi kebutuhan ICU dan fasilitas kesehatan untuk merawat pasien Covid-19,” ucapnya.
Kendati demikian, Eka menuturkan, ketersediaan faskes yang dilakukan pemerintah tentu tetap ada keterbatasan. Untuk itu, ia pun meminta masyarakat agar menjaga jangan sampai ada ledakan kasus di daerahnya.
“Saya khawatir ke depan dengan adanya demo besar ini akan meningkatkan kasus Covid-19. Selain itu, saya juga khawatir dengan penyelenggaraan Pilkada. Malaysia yang sudah bebas saja naik lagi kasusnya ketika mereka melakukan pemilu lokal satu daerah di Sabah,” ucap Eka.
Baca juga: Epidemiolog: Jika Demo Berlanjut, Kasus Covid-19 Bisa Bertambah 8.000 Per Hari
Sumber: Suara Pembaruan