Jakarta, Beritasatu.com - Pandemi Covid-19 juga memberikan dampak pada kesehatan mental. Salah satunya adalah kecemasan sosial atau dikenal dengan demam panggung. Lalu bagaimanakah mengenali gejalanya dan mengatasinya?
Psikiater dan ahli psikosomatis RS Omni Hospital Alam Sutera, dr Andri SpKJ menjelaskan, kecemasan sosial adalah kondisi ketika seseorang merasa cemas dan takut ketika harus bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain atau dikenal dengan istilah demam panggung.
"Gejala kecemasan sosial ditandai dengan timbulnya benjolan di tenggorokan, berkeringat, gemetar, jantung kerap berdebar kencang, ketegangan otot, nyeri, mual, atau pusing. Ada juga perasaan ingin melarikan diri, dirundung perasaan bersalah, dan selalu ingin menghindar ketika harus tampil di depan umum atau ketika harus menjadi pusat perhatian," jelas dr Andri, di sela virtual talk show SuperYou bertajuk #SuperONEderful, Sabtu (7/11/2020).
Menurut dr Andri, pengidap kecemasan sosial juga kerap menghindari orang-orang yang mereka anggap punya kedudukan lebih tinggi dari dirinya meskipun orang tersebut masih keluarga.
"Kecemasan yang intens secara terus menerus dari penderita kecemasan sosial dapat mempengaruhi kesehatan fisik atau dikenal dengan istilah psikosomatik, yaitu keluhan fisik yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukan oleh alasan fisik, seperti luka atau infeksi," tegasnya.
Untuk menghindari gejala kecemasan, dr Andri menyarankan beberapa tips, seperti mencoba membiasakan diri untuk menghadiri meeting tepat waktu sehingga dapat melihat satu per satu audience yang datang, membekali diri dengan update mengenai situasi atau pemberitaan terkini sehingga memiliki topik untuk menjadi bahan diskusi dengan orang lain. "Selain itu, menghindari minuman beralkohol, mengonsumsi makanan sehat, dan rajin berolahraga," tandasnya.
Sementara itu, Head of Digital Channel Sequis, Evan Tanotogono mengatakan, kesehatan mental menjadi topik hangat selama pandemi Covid-19, terutama pada generasi milenial.
"Beberapa orang mungkin ada yang mengalami kecemasan sosial. Terganggunya kesehatan dapat menimbulkan kecemasan baru, yaitu jika harus mendapatkan perawatan medis maka harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak kecil dan bisa jadi menggerus finansial keluarga," jelasnya.
Menurut Evan, bagi mereka yang telah memiliki asuransi, rasa cemas pada jumlah tagihan rumah sakit masih bisa dikendalikan sebab biayanya akan ditanggung oleh perusahaan asuransi dengan nilai pertanggungan sesuai yang tercantum pada polis.
"Memiliki asuransi saat pandemi, sudah bukan lagi sekadar pilihan perlu atau tidak karena sudah menjadi prioritas. Perasaan cemas jika finansial tergerus karena biaya medis atau hilangnya sumber pendapatan karena meninggal dunia dapat dialihkan menjadi rasa aman dengan berasuransi,” tutupnya.
Sumber: BeritaSatu.com