Jakarta, Beritasatu.com - Hingga saat ini cakupan pemeriksaan (testing) Covid-19 di Indonesia masih belum sesuai harapan. Meskipun ada kecenderungan jumlahnya meningkat, tetapi masih lebih rendah dari rekomendasi World Health Organization (WHO) yaitu 1.000 per 1 juta penduduk dalam satu minggu.
Hal itu diakui oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik Konsultan, Prof Siti Boedina. Ia mengatakan, cakupan jumlah pemeriksaan harian Covid-19 Indonesia saat ini masih kurang dibanding negara lain. Oxford University’s Our World in Data yang merilis data tes harian per 1.000 orang menunjukkan bahwa per 17 November 2020, Indonesia telah menguji 0,12 orang per 1.000 setiap harinya selama rata-rata 7 hari.
Angka ini masih sangat kecil dibandingkan negara lainnya di Asia, seperti Filipina 0,25 per 1.000, Malaysia 0,55 per 1.000, dan India 0,72 per 1.000. Masih tingginya kasus positif di Indonesia juga dipengaruhi belum meratanya fasilitas laboratorium untuk pemeriksaan kasus suspek.
“Oleh karena itu, pemeriksaan massal masih sangat dibutuhkan saat ini karena merupakan solusi efektif untuk mengendalikan pandemi ini. Semakin cepat kasus positif ditemukan dan teridentifikasi, semakin cepat pula penanganannya sehingga memutus rantai penularan,” kata Siti dalam konferesi pers virtual peluncuran Tes Molekular Isotermal (TMI) oleh Siloam Hospitals Group, Jumat (20/11/2020).
Saat ini ada beberapa metode pemeriksaan Covid-19 tersedia di Indonesia mulai dari untuk screening sampai dengan diagnosis. Untuk diagnosis, selain tes swab PCR, ada pula tes cepat molekuler (TCM) atau disebut juga isotermal. Keduanya sama-sama mendeteksi adanya materi genetik dari virus, sehingga lebih tepat menentukan seseorang terinfeksi virus atau tidak.
Perbedaan kedua metode ini terletak pada teknologi atau mesin yang digunakan. Swab PCR memerlukan lab khusus dengan tingkat keamanan bio safety level 2 dan bio safety cabinet 2 untuk ekstraksi DNA virus, serta memerlukan alat simplifikasi DNA. Di Indonesia belum banyak lab yang memiliki fasilitas ini.
Sedangkan TMI tidak memerlukan fasilitas lab yang canggih. Alat untuk mendeteksi virus ini pun portable atau bisa dibawa-bawa.
Perbedaan lainnya, tes swab PCR hasilnya memerlukan waktu 1-3 hari tergantung alat yang digunakan dan banyaknya sampel yang mau diperiksa. Sedangkan TMI hasilnya bisa terbaca hanya dalam hitungan menit.
“Fasilitas seperti ini sebetulnya yang kita perlukan untuk berpartisipasi dalam mengatasi pandemi,” kata Siti.
Sumber: Suara Pembaruan