Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) menyiapkan anggaran Rp 300 miliar di tahun 2021 bagi enam tim pengembangan vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19. Anggaran ini akan membiayai riset bibit vaksin mulai dari laboratorium, uji praklinis pada hewan hingga uji klinis tahap 1-3 pada manusia.
Tim riset vaksin yang mendapat suntikan dana yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Universitas Indonesia (UI), Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dan Universitas Airlangga. Sisanya dua tim yakni Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, enam tim riset vaksin Covid-19 memiliki platform atau metode riset berbeda-beda untuk menemukan bibit vaksin Covid-19.
"Dengan enam tim ini bekerja kita harapkan akan lahir vaksin Covid-19, yakni vaksin Merah Putih. Intinya bibit vaksin yang dikembangkan menggunakan virus yang bertransmisi di Indonesia," katanya dalam konferensi pers virtual usai meninjau lab LIPI di Cibinong, Bogor, Kamis (3/12/2020).
Bahkan pengembangan vaksin ini didorong untuk dihilirisasi dan diproduksi oleh perusahaan farmasi yang ada di Indonesia dalam rangka mencapai kekebalan komunitas. Menristek menyebut, kerja sama vaksin dengan pihak luar adalah bagian dari strategi jangka pendek dan menengah. Sedangkan vaksin Merah Putih untuk jangka menengah dan panjang.
"Ada kemungkinan vaksin Covid-19 ini harus diberikan lagi 1 atau 2 tahun ke depan, kalau daya tahan yang ditimbulkan oleh vaksin ternyata tidak bertahan seumur hidup," ungkapnya.
Atas dasar itulah, Indonesia harus mampu dan mandiri mengembangkan vaksin di dalam negeri. Bambang menambahkan, dukungan anggaran tersebut dimulai dari penelitian hingga uji klinis. Besaran anggaran yang diberikan bergantung dari kebutuhan masing-masing tim. Jika ada kebutuhan penambahan anggaran, maka Kemristek akan mengajukan tambahan anggaran.
Selain itu, untuk dukungan peralatan atau material, maka Kemristek akan mengupayakan hadirnya pusat pengembangan vaksin nasional di Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan. Tempat ini diharapkan menjadi pusat pengembangan vaksin untuk berbagai macam platform.
Terkait tim vaksin, Kemristek juga akan memasangkan industri dengan tim vaksin untuk keperluan hilirisasi dan produksi di kemudian hari. Industri ini pun akan dikoordinasi PT Biofarma. Selain itu dengan gunakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153 yang mengatur super tax deduction berupa insentif pajak bagi industri yang mau melakukan riset, saat ini Kemristek sedang melakukan pendekatan kepada para perusahaan swasta pabrik farmasi untuk bisa terlibat dan mendanai kegiatan di lab maupun di uji klinis.
Dari sisi waktu, Menristek berharap bibit vaksin diserahkan ke Biofarma atau perusahaan manufaktur lainnya tahun 2021. Waktu penyerahan tentu berbeda-beda bergantung target masing-masing tim.
Dari enam tim kata Bambang, Eijkman memulai riset pengembangan bibit vaksin lebih awal karena mendapat instruksi sejak Maret 2020 seiring terbentuknya konsorsium riset dan inovasi Covid-19. Diharapkan Desember 2020 Eijkman sudah masuk pada pengujian pada hewan. Selanjutnya pada Februari atau Maret 2021 sudah bisa menyerahkan bibit vaksin ke Biofarma.
Kemudian untuk Universitas Airlangga, waktu kelanjutan tahapan riset vaksin hampir sama dengan Eijkman. Diharapkan, waktu masuk tahapan produksinya pun tidak jauh berbeda. Sementara itu baik UI maupun LIPI riset vaksin masih dalam tahapan laboratorium. Selain kebutuhan material reagen, kebutuhan alat, persiapan uji hewan juga diperlukan.
Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Puspita Lisdiyanti mengungkapkan, riset vaksin LIPI sudah dimulai April 2020. Saat ini riset sudah masuk tahap transinfeksi di sel mamalia. Ditargetkan, pada kuartal dua tahun 2021 lanjutnya, sudah masuk tahap karakterisasi dan segera masuk ke tahap berikutnya.
“LIPI akan membuat vaksin jenisnya protein rekombinan," imbuh Puspita.
Sumber: Suara Pembaruan