Jakarta, Beritasatu.com - Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, jumlah kasus meningkat harian karena ada peningkatan jumlah testing. Pasalnya, secara nasional jumlah spesimen yang dites per hari mencapai 80.000.
Tri menuturkan, dengan kapasitas tes 80.000 per hari dibagi jumlah kasus harian menunjukkan wabah Covid-19 di Tanah Air masih tinggi. “Jadi menurut saya, itu positivity rate (hasil tes positif Covid-19) di negara kita masih tinggi menunjukkan wabah meningkat,” kata Tri kepada Beritasatu.com, Minggu(17/1).
Menurut Tri, jumlah kasus Covid-19 akan terus meningkat ini terjadi di kota besar. Sebab peningkatan testing dominan hanya di wilayah perkotaan. Sementara di pedesaan masih minim, sehingga strategi 3T atau testing, tracing, dan treatment belum maksimal. Hal ini membuat kasus Covid-19 terjadi di desa tidak terlihat.
Tri menyebutkan, minimnya ketersediaan testing ini, membuat masyarakat di daerah beraktivitas seperti kondisi normal, seolah-olah tidak mengalami pandemi Covid-19. Masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan(prokes) 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. “Saya sedih begitu ke Serang (Banten, red) atau ke Bogor ke desa-desanya seperti enggak ada Covid-19. Mereka protokol kesehatan enggak dipakai,” ucap Tri.
Sementara itu, ahli epidemiologi FKM UI lainnya, Syahrizal Syarif mengatakan, peningkatan kasus saat ini karena pemerintah daerah (pemda) melaporkan kasus cepat dari sebelumnya. Hal ini sering dengan adanya kegiatan vaksinasi sudah mulai dilakukan. Selain itu, terjadi peningkatan pemeriksaan spesimen di era Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
Menurut Syahrizal, Menkes Budi menargetkan untuk ada peningkatkan pemeriksaan spesimen dan mempercepatkan hasil pemeriksaan. Dengan begitu ada, perbaikan koordinasi data antara pemda sama pemerintah pusat, sehingga daerah langsung melaporkan hasil pemeriksaan spesimen.
“Menteri baru jadi bersemangat. Lalu ingin pemeriksaan spesimennya dimaksimalkan, ya sudah hasilnya begini,” kata Syahrizal.
Menurut Syahrizal, dengan peningkatan kapasitas pemeriksaan, tentu terjadi peningkatan kasus, sehingga tidak menutupi kemungkinan bisa mencapai 17.000 per hari hingga 20.000 per hari. Apalagi kabupaten yang biasanya sering terlambat melaporkan hasil menjadi lebih cepat. “Tadinya ada 70 kabupaten yang belum melaporkan dalam 24 jam, sekarang sih cenderung berubah melaporkan secepat-cepatnya,” ujarnya.
Selanjutnya, Syahrizal menyebutkan, hasil pemeriksaan test polymerase chain reaction (PCR) yang cepat, sehingga lebih cepat mengetahui penambahan kasus baru. Untuk itu, apabila pemeriksaan spesimen seperti dilakukan oleh negara lain seperti Brasil atau India, maka kasus Covid-19 secara nasional bisa mencapai 1,5 juta. Akan tetapi, kapasitas tes Indonesia masih belum memadai.
Pada kesempatan sama, Syahrizal juga memberi pandangan terkait kasus peningkatan kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Menurut Syahrizal, peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta, sebetulnya tidak semua dialami pasien yang ber-KTP DKI Jakarta atau tinggal di Jakarta. Namun, pasien kirim dari beberapa daerah di sekitar Jakarta, seperti Bekasi dan Bogor setelah hasil tes antigen positif atau reaktif.
Syahrizal menyebutkan, saat ini tes antigen relatif mudah ditemui di semua wilayah, sehingga pasien bergejala langsung melakukan tes antigen. Sayangnya, tidak semua daerah mampu melakukan tes PCR untuk pasien yang bergejala dan hasil tes antigen positif. Ia mencontohkan kasus yang ditemui di Depok, Jawa Barat(Jabar).
“Mereka (pasien,red) ada gejala dan ditest antigen reaktif, tetapi cenderung pemerintah Depok tidak memeriksa PCR-nya. Saya tidak tahu apakah ngirit PCR, sehingga pasien-pasien di Depok itu dikirim ke Jakarta tanpa pemeriksaan PCR. Nanti sudah masuk Wisma Atlet, baru diperiksa PCR-nya, sehingga laporannya kasus Jakarta,” ujarnya.
Syahrizal menyebutkan, Jakarta banjir pasien bergejala Covid-19 kiriman dari wilayah sekitar, karena rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 daerah tersebut tidak bisa menerima pasien karena kapasitas penuh, sehingga semua dirujuk ke Wisma Atlet.
Sumber: BeritaSatu.com