Jakarta, Beritasatu.com - Kondisi gizi ibu menyusui menentukan keberhasilan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Untuk itu diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi gizi bagi ibu menyusui. Selain itu, sinergi dan kolaborasi di antara pemangku kepentingan harus diperkuat.
Hal ini merupakan rekomendasi utama yang mengemuka dalam webinar “Gizi Optimal Ibu Menyusui dalam Mendukung Keberhasilan ASI Ekslusif 6 bulan” yang diselenggarakan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehaan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) dan didukung Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA). Webinar ini dalam rangka peringatan Hari Gizi Nasional ke-6 dilatarbelakangi kepedulian terhadap kondisi gizi ibu hamil di Indonesia saat ini yang masih mengkhawatirkan. Dua masalah gizi utama pada ibu hamil di Indonesia adalah kurang energi kronis (KEK) dan anemia.
Kepala Sub Direktorat Pengelolaan Konsumsi Gizi, Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemkes) Mahmud Fauzi menjelaskan bahwa pemerintah terus berupaya menanggulangi stunting dan gizi buruk di tengah pandemi.
Salah satunya mengeluarkan protokol pelayanan gizi pada masa pandemi Covid-19. Dalam protokol itu, ibu hamil akan diberikan tablet tambah darah (TTD). Sementara ibu menyusui disarankan melakukan inisiasi menyusui dini serta memberikan ASI eksklusif.
Mahmud Fauzi mengatakan dalam upaya percepatan perbaikan gizi nasional, pemerintah terus meningkatkan pemberian suplementasi gizi khususnya TTD bagi remaja dan ibu hamil untuk mengurangi prevalensi anemia yang masih tinggi di kelompok ibu hamil yaitu sebesar 48,9%. "Pemerintah juga berkomitmen menanggulangi stunting dengan cara memfokuskan intervensi di lebih 360 kabupaten/kota untuk menekan angka stunting hingga 14% di tahun 2024. Hal ini memerlukan dukungan semua pihak dalam penanggulangan anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil,” ujar Mahmud seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat (22/1/2021).
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA) Rivanda Idiyanto menegaskan kesiapan pelaku usaha untuk mempererat sinergi dengan pemerintah. Sejauh ini, anggota APPNIA telah berkontribusi dalam upaya percepatan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan akan terus berkomitmen mendukung upaya peningkatan status gizi dan kesehatan ibu menyusui dan anak di Indonesia.
“APPNIA berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah untuk memastikan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan. Selain itu, APPNIA terus menjalin kerja sama yang baik dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan pemenuhan akses terhadap produk nutrisi berkualitas sesuai ketentuan baik di tingkat global maupun nasional,” tegas Rivanda.
Salah satu wujud dukungan APPNIA terhadap ASI eksklusif adalah bahwa sebagian besar perusahaan anggota APPNIA telah menerapkan kebijakan cuti melahirkan bagi ibu bekerja selama 6 bulan agar ibu dapat mengupayakan pemberian ASI eksklusif bagi bayinya dan penyediaan ruang laktasi pada seluruh kantor dan pabrik perusahaan anggota APPNIA.
Sementara itu, pakar kesehatan masyarakat Universitas Indonesia (UI) Ahmad Syafiq dalam kesempatan yang sama menyampaikan, pemenuhan kebutuhan gizi dalam kondisi pandemi Covid-19 sangat mendesak, mengingat masih adanya tantangan peningkatan status gizi di Indonesia.
Ahmad Syafiq menjelaskan, saat ini konsentrasi dalam pemenuhan gizi ibu menyusui belum banyak. Padahal kebutuhan nutrisi ibu menyusui lebih tinggi dibandingkan selama masa kehamilan. Seharusnya kebutuhan nutrisi ini dapat dipersiapkan sejak remaja. "Di masa pandemi, ibu menyusui perlu mendapat perhatian yang lebih demi memastikan kualitas ASI dan Kesehatan ibu selama masa menyusui,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, pakar kesehatan Sandra Fikawati mendorong agar ibu hamil dan menyusui memperhatikan keseimbangan asupan gizi, karena memiliki relasi erat dengan keberhasilan ASI eksklusif. Ia mengingatkan, keberhasilan asi ekslusif mensyaratkan tiga aspek yakni durasi menyusui selama 6 bulan, status gizi bayi, dan yang terpenting status gizi ibu memenuhi minimal indeks massa tubuh normal.
Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Entos Zainal menggarisbawahi pentingnya kontribusi lintas sektor dari kementerian dan lembaga terkait dalam memperkuat intervensi gizi spesifik dan sensitif, khususnya bagi ibu menyusui.
Sumber: BeritaSatu.com