Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro meminta pengembangan alat skrining Covid-19 buatan dalam negeri GeNose, dilakukan dengan konsep ramah lingkungan. Hal itu mengingat penggunaan kantong plastik dalam setiap satu kali pengujian dengan GeNose.
GeNose atau hidung elektronik adalah alat skrining hasil inovasi Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek). Cara kerja GeNose, yang dikembangkan tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), adalah mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terkandung dalam hembusan nafas seseorang. Itu sebabnya, dalam setiap pengetesan, seseorang harus menghembuskan nafasnya yang dipakai sebagai sampel, ke dalam kantong plastik.
“Tolong dipastikan tidak pernah ada kelangkaan plastik. Cari plastik yang cocok, kalau bisa, carilah sesuatu yang lebih ramah lingkungan,” kata Bambang dalam acara yang digelar secara hibrid bertajuk “GeNose C-19 untuk Kepariwisataan Indonesia”, Jumat (19/2/2021).
Bambang mengatakan tim peneliti harus mampu memikirkan masalah penggunaan plastik dalam GeNose. Menristek menyadari GeNose saat ini mendapat sorotan banyak pihak, termasuk kritik dari sejumlah kalangan.
“Orang senang mencari kelemahan, nanti dibilang, GeNose murah tapi tidak ramah lingkungan, ini harus ditangani,” kata Bambang.
Dia mengusulkan jika tidak bisa dicari pengganti plastik, maka harus ada teknologi untuk mendukung pengolahan plastik menjadi plastik daur ulang atau sumber energi lainnya.
“Kita ingin agar produk inovasi Indonesia bisa benar-benar memenuhi standar global,” ujar Menristek.
Menristek mengatakan GeNose bisa menumbuhkan kebangaan atas produk dalam negeri. Alat tes tersebut bukan hanya produk buatan Indonesia, tetapi produk teknologi Indonesia. Menurut menristek, dua terminologi itu mengandung perbedaan mendasar. Produk buatan Indonesia artinya produk itu bisa saja dirancang dengan model dan teknologi dari luar negeri, tapi dirakit di Indonesia, sedangkan produk teknologi Indonesia artinya produk tersebut dari hulu sampai hilir dikembangkan di Indonesia.
“Kalau teknologi Indonesia, kita bicara dari hulu sampai hilir. Jadi mulai dari desain awal, riset, pengembangan produk, semua dilakukan di Indonesia, sampai proses pembuatan dan dipakai juga oleh masyarakat Indonesia,” ujar Bambang.
Dia mengatakan UGM selaku inovator GeNose pasti tertarik untuk melakukan ekspor alat itu ke luar negeri. Namun, Menristek meminta produksi GeNose saat ini difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama untuk pemulihan ekonomi.
“Jadi saya ingin memposisikan GeNose sebagai salah satu instrumen pemulihan ekonomi,” kata Bambang.
Sumber: BeritaSatu.com