Jakarta, Beritasatu.com - Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, hingga saat ini gejala penularan Omicron ini mirip dengan varian Covid-19 lainnya seperti Delta, Alpha dan lainnya.
“Jadi hasil temuan sejauh ini yang kita lihat dan kita dapat laporan, sejauh ini belum ada perbedaan gejala. Mirip-mirip lah dengan varian yang sudah ada dan juga ditemukan beberapa individu yang asimtomatik atau enggak punya gejala sama sekali,” ucapnya pada Dialog Covid-19 Dalam Angka: Analisis Gelombang Ketiga Covid-19 Indonesia secara daring, Senin (29/11/2021).
Sebagaimana diketahui, World Health Organization (WHO) telah menetapkan varian Omicron masuk sebagai Variant of Concern (VoC) atau varian menjadi perhatian. Pasalnya, secara epidemiologis berpotensi meningkatkan angka penularan seperti kasus bisa naik.
Dewi menuturkan, varian Omicron baru dilaporkan ke WHO pada 24 November 2021 dan spesimen diambil pada 9 November 2021 sehingga ada kemungkinan sudah terjadi transmisi di Afrika Selatan (Afsel). Sedangkan di Botswana ada konfirmasi spesimen yang diambil 11 November 2021. Kemudian menyebar dibeberapa negara ada Belgia, Hongkong, Israel dan berbagai negara Eropa terkait perjalanan per 27 November 2021.
“Varian Omicron ini dalam waktu singkat naik mendominasi varian -varian yang lain sehingga menjadi VoC,” ucapnya.
Selanjutnya, ia menambahkan, varian Omicron ini kemungkinan besar lebih cepat menular melihat angka grafik penularan di Afsel ketika dibandingkan dengan kecepatan penularan varian Delta yang bahkan lebih cepat dari varian -varian sebelumnya, tetapi Varian Omicron lebih cepat lagi penularannya.
“Dalam kurun waktu 22 hari, hasil perkembangan Varian Omicron jauh lebih cepat menular,” ucapnya.
Sementara terkait varian Omicron berpotensi signifikan penurunan antibodi, Dewi menegaskan, sampai saat ini resistensi terhadap penurunan efektivitas vaksin masih belum diketahui.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com