Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan kapasitas uji tes whole genome sequencing (WGS) untuk mendetekeksi varian Covid-19 di Indonesia tidak mencukupi atau minim. Kondisi ini menyebabkan jumlah kasus positif Covid-19 yang terhitung dengan jumlah kasus konfirmasi varian Omicron menjadi tidak sinkron.
Hal itu disampaikan Menkes Budi Gunadi dalam diskusi terkait "Kesiapan Menghadapi Gelombang Ketiga" secara virtual melalui zoom meeeting, Kamis (27/1/2022) malam.
Sebelumnya Kamis siang, pemerintah melaporkan jumlah kasus konfirmasi Omicron di Indonesia terdeteksi sebanyak 1.988 kasus. Jumlah ini merupakan akumulasi dari tanggal 16 Desember 2021 atau kurang lebih 40 hari sejak pertama kali Omicron ditemukan di Indonesia. Sementara jika dibandingkan dengan jumlah kasus positif Covid-19 dalam periode yang sama pertambahannya diperkirakan lebih dari 30.000 kasus positif, sehingga logikanya kasus Omicron pun setidaknya tidak jauh berbeda dengan jumlah konfirmasi positif.
Mengenai hal ini, Budi menjeleskan, untuk mendeteksi seseorang yang positif varian Omicron atau tidak, harus dengan cara melakukan tes WGS di mana kapasitasnya masih sangat terbatas di Indonesia.
Budi menjelaskan, jumlah laboratorium yang dapat melakukan tes WGS di Indonesia baru ada 12 laboratorium dengan kapasitas tes 2.000 (spesimen) per bulannya. Hasil tes juga baru keluar 5-6 hari ke depan.
Berbeda dengan cara mendeteksi SARS CoV-2 penyebab Covid-19, kata Budi, menggunakan tes PCR yang laboratoriumnya ada 1.100 lebih dengan kapasitas tes 300.000-500.000 per hari. Hasilnya pun sudah keluar dalam waktu 4-6 jam.
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com