Judul : Violent Night
Genre Film : Aksi, Komedi, Kekerasan
Sutradara : Tommy Wirkola
Skenario : Pat Casey dan Josh Miller
Pemain : David Harbour, Beverly D’Angelo, John Leguizamo, Leah Brady
Durasi : 112 menit
Jakarta, Beritasatu.com- Bisa ditebak, film Violent Night memang antitesis dari persepsi orang tentang “Holy Night”. Malam Natal yang sunyi, tenang, dan syahdu berubah menjadi perampokan berdarah. Bahkan Sinterklas pun tak bisa menggunakan keajaibannya untuk membebaskan para sandera seketika.
Skenario dari Pat Casey dan Josh Miller memang memporakporandakan gambaran orang tentang sosok Sinterklas. Meskipun di film ini tampil sebagai pahlawan, Sinterklas dibekali karakter manusiawi. Punya emosi kecewa, amarah, kadang bingung saat menghadapi dilema moral baik dan buruk. Casey dan Miller seolah memberi imajinasi liar soal “Malam Natal.” Skenario mereka disambut sutradara Tommy Wirkola menerjemahkan cerita dalam visualisasi dramatis, konyol, sekaligus brutal.
Kisah bermula dari adegan tokoh Sinterklas atau Santa Claus (David Harbour) yang kehilangan semangat, berceloteh sambil menikmati segelas bir di salah satu bar kota Oslo. Tak ada yang menyadari, dia adalah sosok mitos Sinterklas yang selalu ditunggu banyak anak di seluruh dunia saat malam Natal.
Sesuai tugas membagikan kado Natal, Santa Claus tiba di kediaman nenek kaya raya, Gertrude Lightstone (Beverly D’Angelo). Di sana, ada seorang bocah perempuan bernama Trudy (Leah Brady) yang merupakan putri pasangan Jason Lightstone (Alex Hassell) datang berkunjung. Malam Natal itu, Jason mengajak pula istrinya, Linda (Alexis Louder).
Ibarat orang yang tepat, tapi di tempat yang salah, Santa Claus terjebak di situasi yang sulit. Sekelompok penjahat kejam yang dipimpin Scrooge (John Leguizamo) menyantroni keluarga Lightstone. Mereka berniat merampok uang senilai US$ 300 juta yang disimpan di brankas rumah. Meskipun dijaga banyak pengawal pribadi, Scrooge dan kawanannya berhasil menyandera dan mengancam nyawa seluruh keluarga Lightstone.
Tokoh Santa Claus di film ini bukanlah sosok ideal Sinterklas dalam gambaran banyak orang. Sejak awal, tokoh ini ditampilkan sebagai pecandu alkohol. Dari awalnya mencicip, dia akhirnya malah mencuri sebotol miras dari koleksi keluarga Lightstone. David Harbour memerankan Sinterklas tambun ini dengan baik.
Menghadapi para penjahat kejam, penulis skenario Pat Casey dan Josh Miller tidak menjadikan Santa Claus sosok bergelimang keajaiban dan kebal senjata. Dalam satu adegan, Santa Claus tampak terluka parah di bagian perut. Tokoh ini bahkan ditampilkan kerap apes atau selamat karena faktor kebetulan.
Saat berkelahi, Santa Claus cuma melawan dengan jurus sekenanya. Dia mengandalkan benda apa saja. Mulai dari kabel lampu hias, bola biliar, permen batangan, hingga sepatu ski. Sampai akhirnya, dia menemukan masa lalu dirinya ternyata sangat mematikan dan mahir bersenjatakan palu.
Banyak kritik menilai Violent Night sangat kental dengan gaya aksi Die Hard dan Rambo. Ada juga potongan formula bocah lawan penjahat seperti Home Alone, tapi tentu tetap saja sadis. Separuh awal alur film ini mungkin hanya mempertontonkan drama keluarga dan sedikit bumbu komedi. Namun kemunculan tokoh Scrooge seolah mengubah genre film ini menjadi tontonan aksi.
Perkelahian di film ini tergolong brutal, dengan adegan tusuk menusuk di bagian manapun, kepala remuk, sampai leher putus. Alhasil Violent Night memang tidak cocok untuk penonton anak di bawah umur. Dikombinasikan kekerasan yang berlebihan, film ini juga banyak menyuguhkan komedi konyol dan sinikal.
Violent Night boleh jadi memberi gambaran abu-abu tokoh Sinterklas yang justru leluasa menghukum mati para “penjahat nakal” dengan barbar. Meskipun agak ironis, sutradara akhirnya menyeret penonton pada kisah-kisah keajaiban malam Natal dan menghidupkan kembali mitologi Sinterklas. Ho ho ho.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com