Kenali Bahaya dan Penyebab Anak hingga Orang Dewasa Tidur Mendengkur
Jakarta, Beritasatu.com - Mendengkur saat tidur adalah hal normal yang sering terjadi pada anak hingga orang dewasa. Namun, tidak semua dengkuran dikategorikan aman, ada jenis dengkuran yang berbahaya dan menimbulkan risiko pernapasan.
Dr. dr. Fauziah Fardizza, SpTHT-KL (K) mengatakan jenis dengkuran yang terjadi secara tidak teratur dan suara keras mengindikasikan bahwa hal tersebut tidak aman.
Dia menyatakan jenis dengkuran tersebut terjadi karena adanya penyumbatan jalan oksigen atau bernafas saat tidur. Hal tersebut membuat nafas berhenti selama 10 detik dan membuat suara dengkuran terputus-putus atau tidak teratur.
"Banyak masyarakat kurang peduli mengenai gangguan tidur. Ini seperti gunung es, kasus ini banyak menimpa orang dewasa dan anak-anak," ungkap dr. Fauziah di Brawijaya Hospital Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (18/3/2023).
Gangguan mendengkur pada orang dewasa tidak langsung menimbulkan kematian, tetapi memiliki keterkaitan dan menyebabkan penyakit lainnya seperti serangan jantung atau stroke. Sedangkan pada anak, mendengkur mengakibatkan jalan nafas menjadi tertutup. Serta membuat nafas anak menjadi pendek. Paling bahaya bisa sebabkan kematian jika tidak ditangani.
"Pada anak mengakibatkan oksigen nya turun, badan membiru. Itu biasanya terjadi pada anak-anak yang down syndrom, anak yang memiliki lidah besar, atau dagunya kecil. Memiliki jalan nafas yang sempit," terangnya.
"Suara mendengkur terjadi karena adanya sumbatan nafas sebagian, tapi kalau tersumbatnya total malah tidak akan bunyi sama sekali. Tapi disitu oksigen nya turun," imbuhnya
dr. Fauziah menambahkan, tidur yang berkualitas adalah dengan durasi dan bangun yang teratur serta nyenyak. Sedangkan orang yang mengalami gangguan tidur, biasanya kurang nyaman dan saat siang hari akan mengalami rasa kantuk yang begitu berat. Hal tersebut juga yang sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas akibat mengantuk.
"Saturasi oksigen normal nya diatas 90 persen. Namun pada pasien yang mengalami gangguan tidur saturasi oksigen bisa hanya 60 persen. Ini rendah dan karena adanya masalah pada jalur oksigen," tuturnya.
Terkait penyebab gangguan tidur, dr. Fauziah juga mengatakan banyak penyebabnya. Diantaranya adalah kelebihan berat badan, konsumsi obat-obatan tertentu atau penenang, minum alkohol, pola hidup yang tidak sehat, merokok dan adanya pertambahan usia.
Dengan begitu, dr. Fauziah mengingatkan agar masyarakat bisa menjalankan pola hidup yang sehat dan sedini mungkin melakukan pemeriksaan jika mengalami gangguan tidur baik pada orang dewasa ataupun anak.
Namun, jika sudah terlanjur mengalami gangguan tidur, dia mengatakan masyarakat bisa datang dan melakukan pemeriksaan THT. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan dengan memasukkan alat perekam otak, suara mendengkur, dan saturasi oksigen. Jika diperlukan, bisa dilakukan terapi dan pembedahan struktur anatomi pernapasan.
"Biasanya setelah tindakan pasien akan alami pembengkakan selama satu pekan namun setelah itu akan kembali normal dan membaik kembali," jelasnya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Tekan Inflasi, Pos Indonesia Siap Salurkan Bansos Pangan
Menang di Sprint Race GP Portugal, Bagnaia Pimpin Klasemen MotoGP
Hindari Macet, Ini Alternatif Jalur Mudik Pantura Subang
Indonesia vs Burundi: Garuda Menang 3-1 di Stadion Patriot
Banjir Bandang Melanda 3 RT di Salajambe, Kuningan
