Film Horor Winnie the Pooh Batal Tayang di Hong Kong
Hong Kong, Beritasatu.com - Pemutaran perdana film horor slasher Winnie the Pooh: Blood and Honey di Hong Kong dibatalkan secara tiba-tiba. Hal ini memicu kritik terkait peningkatan sensor di kota yang menjadi Daerah administratif khusus Tiongkok itu.
Distributor film VII Pillars Entertainment pada Selasa (21/3/2023) mengumumkan di Facebook bahwa perilisan Winnie the Pooh: Blood and Honey pada hari Kamis (23/3/2023) di Hong Kong dan tetangganya Makau telah dibatalkan dengan "penyesalan besar".
Dalam email balasan ke The Associated Press, distributor mengatakan telah diberitahu oleh bioskop bahwa mereka tidak dapat menayangkan film sesuai jadwal, meski tidak diberi alasan yang jelas. Jaringan bioskop yang dimaksud tidak segera membalas permintaan komentar dari AP.
Bagi banyak penduduk di Tiongkok, karakter Winnie the Pooh adalah ejekan terhadap Presiden Xi Jinping. Sensor Tiongkok juga telah mencegah pencarian media sosial untuk Pooh.
Pada tahun 2018, film Christopher Robin yang menampilkan Winnie the Pooh, juga tidak bisa ditayangkan di Tiongkok.
Kenny Ng, seorang profesor di akademi film Hong Kong Baptist University, menolak untuk berspekulasi tentang alasan di balik pembatalan tersebut. Meski demikian ia memandang hal itu menjadi bagian dari mekanisme membungkam kritik lewat jalur komersial.
Sekadar informasi, Hong Kong adalah bekas jajahan Inggris yang kembali ke pemerintahan Tiongkok pada tahun 1997. Mereka mendapat keistimewaan dari Tiongkok untuk mempertahankan kebebasan gaya Baratnya.
Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong pada tahun 2020 untuk menindak perbedaan pendapat setelah kota itu diguncang oleh protes anti-pemerintah dan pro-demokrasi setahun sebelumnya.
Pada tahun 2021, pemerintah memperketat pedoman dan mengizinkan sensor untuk melarang film yang diyakini melanggar undang-undang. Undang-undang sensor baru melarang film yang "mendukung, mendukung, memuliakan, mendorong, dan menghasut kegiatan yang mungkin membahayakan keamanan nasional".
BACA JUGA
Model Cantik Dimutilasi, Abby Choi Ternyata Pendiri Organisasi Penyelamat Hewan di Hong KongNg mengatakan kota itu melihat lebih banyak kasus penyensoran selama dua tahun terakhir, kebanyakan menargetkan film non-komersial, seperti film pendek independen.
“Ketika ada garis merah, maka lebih banyak hal tabu,” kata Ng.
Dua film dibatalkan dari festival film internasional Hong Kong tahun lalu setelah gagal mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang. Pembatalan terjadi saat Hong Kong menjadi tuan rumah pameran seni kontemporer Art Basel, yang sebetulnya dijadikan otoritas sebagai sarana mempromosikan kota itu sebagai pusat budaya yang dinamis.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini