Selasa, 6 Juni 2023

Pentingnya Terapi ESA Diberikan pada Pasien Ginjal Kronik

Winda Destiana Putri / WDP
Minggu, 26 Maret 2023 | 12:22 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Pasien Ginjal Kronik dewasa ini terus meningkat. Seringkali saat terdiagnosis gagal ginjal kronik, kondisi pasien sudah stadium lanjut.

Bahkan, salah satu penyebab dari Pasien Ginjal Kronik ini adalah Anemia. Menurut data Kementerian Kesehatan, Anemia pada penderita gagal ginjal sering kali memiliki lebih dari satu penyebab.

Ketika ginjal mengalami kerusakan, organ ini menghasilkan lebih sedikit eritropoietin (EPO), yakni hormon yang memberi sinyal pada sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah.

Advertisement

Dr. Afiatin dr. SpPD-KGH., FINASIM mengatakan pada Pasien Ginjal Kronik yang mengalami anemia harus diterapi dengan baik, dimana pemberian terapi Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA) merupakan terapi utama.

"Terapi ESA dapat diberikan kepada pasien dengan HB <10g/dl, penyebab lain anemia sudah disingkirkan, tidak ada anemia defisiensi besi absolut dan tidak ada infeksi berat," kata dia saat menjadi narasumber dalam webinar “Pilih EPO atau Transfusi Darah” bersama dengan PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana).

Dijelaskan lebih lanjut, sedangkan untuk terapi transfusi darah dapat diberikan pada kondisi tertentu. Pasalnya menurut dr Afiatin akan terjadi beberapa risiko diantaranya infeksi.

"Kelebihan kadar besi dan cairan, selain itu dapat menimbulkan reaksi transfusi pada beberapa pasien," sambungnya.

Menurutnya, pemberian ESA tetap merupakan pilihan terbaik untuk terapi anemia pada Pasien Ginjal Kronik yang harus dilakukan secara rutin. Dengan melakukan terapi ESA tubuh dapat meningkatkan Hb yang berkelanjutan, sehingga menghasilkan sel darah merah yang dapat berfungsi secara normal dan dapat mempertahankan target Hb yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Sedangkan transfusi darah memiliki banyak risiko apabila dilakukan kepada pasien cuci darah, seperti kelebihan besi, kelebihan cairan, risiko infeksi hepatitis B, C dan HIV, dan risiko lainnya. Untuk itu disarankan sebisa mungkin hindari transfusi darah untuk mengurangi risiko efek samping.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

Bagikan

BERITA TERKINI

Asosiasi Museum Beberkan Pentingnya Omnibus Law Kebudayaan

NASIONAL 3 menit yang lalu
1049547

Bagnaia dan Bezzecchi Siap Unjuk Gigi di MotoGP Italia

SPORT 7 menit yang lalu
1049542

Mahasiswa Thailand Belajar Pijat Laktasi di Kampung ASI Wonokromo, Surabaya

NUSANTARA 13 menit yang lalu
1049544

Pemerintah Buka Peluang Perpanjang Masa Tugas Satgas BLBI

EKONOMI 14 menit yang lalu
1049543

Dugaan Gratifikasi Mantan Bupati Sidoarjo, Sejumlah Kepala Dinas, dan Camat Diperiksa KPK

NUSANTARA 23 menit yang lalu
1049539

Diduga Tak Diberi Jalan, Sopir Ambulans Aniaya Sopir Truk di Jakarta Utara

MEGAPOLITAN 23 menit yang lalu
1049538

Siap-siap, Tiket Laga Indonesia vs Palestina Dijual Rabu Besok

SPORT 31 menit yang lalu
1049537

DPR Desak Penerbitan Aturan Teknis UU TPKS untuk Hindari Keengganan Penyidik

NASIONAL 34 menit yang lalu
1049534

BNPT Bersama Smelting dan Taman Safari Resmikan Pusat Penelitian Terpadu

NASIONAL 43 menit yang lalu
1049532

Pria Mabuk Mengamuk dan Merusak Toko Elektronik di Samarinda

NUSANTARA 44 menit yang lalu
1049530
Loading..
TAG TERPOPULER

ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon