ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Tawuran Manggarai Dipicu Masalah Sosial

Penulis: WBP
Rabu, 30 Oktober 2019 | 10:43 WIB
Tawuran di Manggarai, Selasa, 29 Oktober 2019.
Tawuran di Manggarai, Selasa, 29 Oktober 2019. (istimewa)

Jakarta, Beritasatu.com - ​​​​​Masalah sosial menjadi penyebab utama terjadinya tawuran antarpemuda di Manggarai, Jakarta Selatan.

"Sebenarnya masalah utamanya adalah masalah sosial," kata Camat Tebet, Jakarta Selatan, Dyan Airlangga saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (30/10/2019).

Ia menjelaskan, pelaku tawuran merupakan anak usia muda potensial, tapi tidak memiliki kesempatan sekolah dan tidak memiliki keahlian. "Selain sosial ditambah lagi faktor budaya," kata Dyan Airlangga.

Faktor budaya yang dimaksudkan Dyan adalah tradisi tawuran sudah dilakukan turun-temurun dari pendahulunya. "Bahwa abang-abang mereka dulu seperti itu, dan mereka pun begitu jadi seperti itu (tawuran)," kata Dyan Airlangga.

ADVERTISEMENT

Dyan menyebutkan, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengentaskan permasalahan sosial adalah lewat kegiatan pelatihan kerja.

Pelatihan kerja ini bekerja sama Suku Dinas Tenaga Kerja Jakarta Selatan dan Dinas Tenaga Kerja Pemprov DKI Jakarta secara gratis.

Upaya lain adalah menyalurkan para remaja yang tidak memiliki keahlian tersebut sebagai tenaga kontrak Pemprov DKI Jakarta seperti Petugas Penanganan Prasaran dan Sarana Umum (PPSU) atau tenaga di Bina Marga Sumber Daya Air dan Kehutanan.

Menurut dia, setiap tahun Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) menerima tenaga kerja tanpa keterampilan yang membutuhkan keterampilan fisik saja.

Dyan mengakui, langkah ini belum terlalu banyak bisa menyerap tenaga kerja dari kelompok masyarakat yang kurang produktif tersebut. Hanya mampu menyediakan lima sampai 10 orang saja.

Tetapi dia optimistis, kalau terus dilakukan melatih keterampilan anak-anak di kawasan Manggarai tersebut maka tawuran bisa dicegah.

Dyan menambahkan, menuntaskan persoalan tawuran menjadi tugas berat karena dihadapkan pada terbatasnya lapangan pekerjaan dan masyarakat yang tidak memiliki keterampilan.

Berkaca pada kejadian tawuran Manggarai bulan September 2019 lalu, sekitar 200-300 pelaku tawuran di Manggarai adalah remaja usia produktif antara 15 sampai 25 tahun yang tidak memiliki keahlian dan putus sekolah.

Dia menyebutkan sebagian besar kepala keluarga di wilayah Manggarai berprofesi sebagai pekerja serabutan.

Kondisi ini lanjut dia, menyebabkan para pemuda di wilayah tersebut tidak memiliki aktivitas rutin sehingga mengaktualisasikan diri melalui media sosial.

"Di media sosial mereka saling sahut-sahutan dan menentukan waktu untuk tawuran, biasanya diawali dengan membakar petasan dua kali itu tanda untuk main (tawuran), biasanya seperti itu," kata Dyan Airlangga.



Sumber: ANTARA

Bagikan

BERITA TERKINI

Terjun dari Rusun Lantai 13, Remaja Pencandu Game Online Tewas

MEGAPOLITAN 15 menit yang lalu
1070053

Upaya Banding Indonesia Terkait Nikel di WTO Belum Ditindaklanjuti, Ini Pemicunya

EKONOMI 16 menit yang lalu
1070067

111 Ton Logistik MotoGP 2023 Tiba di Bandara Lombok

SPORT 29 menit yang lalu
1070051

Top 5 News: Rencana Reshuffle Kabinet hingga Kasus Perundungan di Bekasi

NASIONAL 36 menit yang lalu
1070066

Hasil Pertandingan Liga Champions: Duo Inggris Arsenal-MU Keok, Madrid-Bayern Menang Tandang

SPORT 41 menit yang lalu
1070065

Bulu Tangkis Asian Games: Lawan Unggulan 4 di 16 Besar, Apriyani/Fadia Siap Main Capek

SPORT 43 menit yang lalu
1070038

Hasil Copenhagen vs Bayern Munchen 1-2, Die Roten Susah Payah Taklukkan Tuan Rumah

SPORT 1 jam yang lalu
1070064

Debat soal Harta, Anak Tega Tusuk Ayah Kandung di Depok

MEGAPOLITAN 1 jam yang lalu
1070054

Hasil Napoli vs Real Madrid 2-3, Jude Bellingham Gemilang bak Maradona

SPORT 1 jam yang lalu
1070063

Ini 10 Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes per Oktober 2023

EKONOMI 1 jam yang lalu
1070062
Loading..
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT