Dokter Anak: Kental Manis Memicu Stunting dan Diabetes
Jakarta, Beritasatu.com - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan anak tidak boleh mengonsumsi produk kental manis.
Pasalnya, produk tersebut berisikan krim kental manis dengan kadar gula yang sangat tinggi, sehingga bisa memicu anak stunting, diabetes hingga obesitas.
“Jelas salah, krim kental manis bagi anak, karena memang bukan susu karena gulanya tinggi sekali. Kalau anak minum itu tinggi kalori miskin nutrisi. Hasilnya bisa stunting dan diabetes bisa juga obesitas. Anak bisa obesitas tapi pendek,” kata Piprim usai acara konferensi pers terkait “Pencegahan Stunting”, di Kantor Sekretariat PB IDI, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Untuk itu, Piprim mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memberi anak makanan siap saji karena sangat memicu stunting, diabetes hingga obesitas. Dalam hal ini, anak sebaiknya dibiasakan untuk konsumsi makan yang tinggi akan protein seperti ikan, telur dan ayam.
“Ayo kita kembali ke real food makanan Indonesia, makanan tradisional kita makanan nenek moyang kita itu jauh lebih menyehatkan karena kaya protein hewani dan nabati,” ucapnya.
Piprim menuturkan protein hewan sangat penting untuk dikomsumsi anak daripada makanan lainnya. "Di keluarga bapak dan ibunya boleh tahu tempe, tetapi ikan, ayam dan telur buat anak-anaknya dulu. Kira-kira pembagian tugasnya begitu,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta agar orang tua memprioritaskan penyediaan makanan sehat untuk bayinya. Dia menyarankan, agar orang tua tidak membeli rokok, kemudian mengalihkan uangnya untuk menyediakan makanan sehat untuk bayi mereka.
Menkes Budi di sela acara agenda Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi untuk Percepatan Penurunan Stunting di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (28/2/2023), mulanya menerangkan, dalam program stunting kini, timbang bayi atau balita menjadi sebulan sekali, berubah dari sebelumnya yang enam bulan sekali. Dia mengingatkan, ketika menimbang, berat badan bayinya harus naik tiap bulannya.
Jika tidak naik, Menkes Budi mengingatkan agar bayi disediakan makanan berprotein seperti telur atau ikan. Dia menegaskan, dua komoditas itu cukup terjangkau harganya, sehingga masyarakat dapat dengan mudah membelinya.
"Jadi bilang ke ibu-ibu bapak-bapak daripada beli rokok, daripada beli pulsa, yang mungkin spending-nya lebih banyak dari itu, mendingan uangnya Rp 2.000 sehari belikan telur, atau Rp 15.000 seminggu belikan delapan telur, atau Rp 30.000 belikan 16 telor," tutur Menkes Budi.
Menkes Budi menegaskan, penyediaan konsumsi yang bergizi bagi para bayi penting untuk dilakukan. Hal itu demi mendukung tumbuh kembang bayi di Indonesia. "Biar bayinya jadi sehat, bayinya jadi pintar, anak kita lebih hebat," tutur Menkes Budi.
Seperti diketahui, angka prevalensi stunting Indonesia pada tahun 2014 tercatat berada pada kisaran angka 34 persen. Angka tersebut diklaim terus menurun setiap tahunnya. Pada 2022, prevalensi stunting turun lebih dari 12 persen menjadi 21,6 persen.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini