MUI Sebut Agresi Rusia ke Ukrania Adalah Tindakan Salah

Jakarta, Beritasatu.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan agresi Rusia terhadap Ukrania yang berdaulat merupakan tindakan yang salah sehingga harus dihentikan karena mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat sipil dan berdampak secara global.
“Saya sudah pernah mengatakan langsung kepada Rusia untuk menghentikan perang, ada pada prinsipnya posisi kami sangat jelas sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,” tegas Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Luar Negeri saat menerima delegasi Ukraina yang dipimpin oleh Tamila Tasheva, Perwakilan Tetap Presiden Ukraina di Republik Otonomi Krimea belum lama ini di Jakarta.
Kepada rombongan tersebut, MUI mengundang perwakilan Ukraina pada bulan Mei untuk hadir pada konferensi internasional yang membicarakan perdamaian dunia. “Kami mengundang utusan khusus dari Ukraina untuk bisa hadir dan menyampaikan situasi yang dialami oleh umat Muslim Ukraina di masa perang.”
Tamila Tasheva, Perwakilan Tetap Presiden Ukraina di Republik Otonomi Krimea menyampaikan hingga saat ini tercatat lebih dari 500.000 Muslim Krimea yang mengungsi sejak aneksasi tahun 2014. Salah satu negara tujuan mereka adalah Turki.
“Saat ini Muslim Krimea Tartar turut berjuang bersama dengan Ukraina untuk memperjuangkan kemerdekaan karena pasca aneksasi oleh Rusia tahun 2014 persekusi terus terjadi berikut penangkapan tokoh-tokoh Muslim serta pembubaran Majelis Krimea,” ujarnya.
Tekanan sedemikian keras karena mereka mengalami penangkapan ilegal maupun penculikan oleh otoritas Rusia terhadap tokoh-tokoh aktivis kemanusiaan. Saat ini tercatat lebih dari 180 tahanan politik yang lebih dari 90 persen adalah Muslim Krimea Tartar.
Kyai Yusnar Yusuf, Ketua MUI bidang Ukhuwah Islamiah menyatakan secara prinsip seluruh Muslim adalah bersaudara sehingga penderitaan Muslim Ukraina akan dibawa ke sebagai pembicaraan khusus di musyawarah di MUI. “Kami mendukung umat Muslim yang ada di Ukraina. Pertikaian harus segera dihentikan karena perdamaian adalah sesuatu yang amat penting."
Sejak Rusia memulai invasinya pada 24 Februari satu tahun lalu, hanya dalam waktu kurang dari sepekan tidak kurang dari tiga masjid di Ukraina telah dihancurkan, termasuk yang ada di Kota Mariupol. Kondisi ini mematik semangat perlawanan Muslim Ukraina yang kemudian bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina untuk berjuang bersama atas nama kemerdekaan.
Pasukan Rusia datang ke Ukraina bukan untuk menyelamatkan siapa pun seperti yang diklaimnya. Sebaliknya, mereka justru menghancurkan kota-kota, membunuh perempuan dan anak-anak, dan menghancurkan semua hal terkait dengan Ukraina.
Sejak menginvasi Krimea pada 2014, pihak Rusia telah melakukan kampanye penganiayaan yang sistematis terhadap Muslim Krimea. Tindakan tersebut yakni dengan memenjarakan mereka yang menentang penguasaan Rusia atas dasar tuduhan terorisme dan ekstremisme.
Tekanan tersebut ditutup-tutupi Rusia dengan selalu menyatakan telah membangun maupun merenovasi puluhan masjid namun faktanya lebih banyak kasus penutupan masjid serta pemutusan listrik dan infrastruktur masjid lainnya.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Lirik Lagu Kepastian dari Rossa, Cerita tentang Sikap Sang Kekasih yang Membuat Ragu
Ketum PSSI: FIFA Gelontorkan Rp 85,6 Miliar untuk Bangun Pusat Pelatihan Sepak Bola di IKN
Pertamina Berdayakan Pelaku UMKM Desa Tasikharjo Melalui Energi Terbarukan Tenaga Surya
Empat Mantan Napi Koruptor akan Bertarung di Pileg Manggarai 2024
2
Dukung Prabowo, SBY Nyanyikan Lagu Kamu Ngga Sendirian
3
5
B-FILES


Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin
Identitas Indonesia
Yanto Bashri