Kasus Gagal Ginjal Akut, Polri Dalami Vaksin Imunisasi dan Obat Sirop Paracetamol
Jakarta, Beritasatu.com - Laboratorium Forensik Bareskrim Polri hingga saat ini masih terus mendalami obat yang sempat dikonsumsi oleh dua pasien gagal ginjal akut yang terdeteksi pada awal 2023 ini.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, pihaknya saat ini tengah mendalami vaksin saat imunisasi dan obat sirop Paracetamol Drop yang sempat dikonsumsi itu.
"Saat ini Polri masih mendalami obat lain. Obat lain selain Praxion yang dikonsumsi korban antara lain vaksin saat imunisasi dan obat sirop paracetamol drop," kata Ramadhan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Selasa (14/3/2023).
Adapun sebelumnya, Laboratorium Forensik Bareskrim Polri telah melakukan uji terhadap obat Praxion. Hasilnya, obat tersebut masih sesuai dengan ambang batas dan artinya masih aman dikonsumsi.
Diketahui, obat tersebut sempat dikonsumsi oleh salah satu korban kasus gagal ginjal akut pada anak.
"Gagal ginjal akut obat praxion bahwa penyidik telah melakukan pengujian di Laboratorium di Lab Forensik Polri dan hasil uji menyatakan bahwa obat tersebut masih sesuai ambang batas yang ditentukan. Artinya tidak melebihi batas kandungan EG dan DEG ," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahamad Ramadhan kepada wartawan di RS Polri, Rabu (8/3/2023).
Diberitakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendapat laporan kasus baru gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) setelah tidak adanya kasus baru sejak awal Desember 2022 lalu. Salah satu dari pasien GGA tersebut dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (1/2/2023).
“Penambahan kasus tercatat pada tahun ini, satu kasus konfirmasi GGAPA dan satu kasus suspek," ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr M Syahril dalam keterangan resmi tertulis pada Senin (6/2/2023).
Satu kasus konfirmasi GGAPA tersebut diketahui merupakan anak berusia 1 tahun. Ia mengalami demam pada tanggal 25 Januari 2023, dan diberikan obat sirop penurun demam yang dibeli di apotek dengan merk Praxion.
Namun pada tanggal 28 Januari, pasien mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil (Anuria) yang kemudian dibawa ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta. Lalu dirujuk ke Rumah Sakit Adhyaksa pada 31 Januari.
Pada tanggal 1 Februari, pasien kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole. Namun 3 jam setelah berada di RSCM atau tepatnya pada pukul 23.00 WIB, pasien dinyatakan meninggal dunia.
Sementara satu kasus lainnya masih merupakan suspek. Pasien merupakan seorang anak berusia 7 tahun yang mengalami demam sejak 26 Januari lalu. Ia diberikan obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.
Pada tanggal 30 Januari mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas. Lalu Pada tanggal 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Saat ini pasien tersebut sedang menjalani perawatan di RSCM Jakarta. “Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sampel obat dan darah pasien,” tambah dr Syahril.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan