Dosen UMM Kembangkan Pewarna Ecoprint Berbasis Mangrove

Malang, Beritasatu.com - Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Wehandaka Pancapalaga mengembangkan produk tekstil dengan menggunakan bahan ekstrak Mangrove. Hasilnya, dia bisa menciptakan teknik pewarnaan dengan membuat berbagai macam produksi seperti tas, pakaian, hingga sepatu ecoprint menggunakan tanaman mangrove.
Wehandaka mengatakan tanaman mangrove bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami ecoprint. Karena ecoprint merupakan salah satu jenis teknik mencetak yang dapat dijadikan alternatif ramah lingkungan yang bisa mengurangi kerusakan lingkungan serta ekosistem akibat limbah kimia pabrik tekstil.
Maka dari itu dia melakukan penelitian tanaman mangrove untuk bahan ecoprint."Setelah kami teliti Mangrove bisa dijadikan zat pewarna alami untuk ecoprint," kata Wehandaka, Rabu (7/6/2023).
Menurut Wehandaka, ide meneliti Mangrove untuk bahan pewarna alami atau ecoprint muncul sejak tahun 2019. Dari ide itulah, dirinya langsung melakukan penelitian.
Bahkan, penelitian yang dilakukannya pun sangat rinci, mulai dari pemilihan bahan hingga proses produksi. Hal itu berefek pada produk yang bagus dan bermanfaat bagi masyarakat. "Hasil dari ekstrak mangrove tidak mudah luntur. Sehingga bagus untuk pewarna," ujarnya.

Dia menjelaskan adapun sistem pembakaran yang digunakan, yakni melalui mesin pengukus atau steam yang tingkat panasnya lebih terjamin agar warna yang dihasilkan juga lebih merata.
"Suhu yang kami gunakan ada pada rentang 75 derajat dan dikukus selama dua jam. Apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi, kulit yang digunakan untuk ecoprint akan rusak. Sementara kalau suhunya terlalu rendah, warna daun dan bunga tidak akan bisa melekat pada kulit,” terangnya.
Wehandaka menambahkan dirinya sangat serius mendalami penelitian ecoprint dari tanaman Mangrove. Ini untuk membantu pengrajin kulit di Desa Bululawang yang masih monoton menggunakan warna hitam polos.
"Penelitian ecoprint kami ini sedang proses didaftarkan untuk paten sederhana. Namun sembari menunggu, kami juga mengabadikannya dalam beberapa event seperti program matching fund bersama UMKM Bululawang Malang," ucap dia.
Wehandaka berharap penelitian mengenai ecoprint dapat diterima baik oleh masyarakat. Dengan harapan bisa membantu pengrajin kulit agar bisa lebih kreatif. Utamanya dalam hal warna, teknik, dan cara yang elbih ramah lingkungan.
"Untuk selanjutnya, saya sedang mencoba mengombinasi antara ecoprint dan ukiran agar hasil akhirnya akan seperti daun yang nampak timbul. Sehingga makin terlihat menarik dan bagus," pungkas Wehandaka.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Tragedi Siswa SD di Petukangan Utara: Jenazah Dimakamkan, Guru Pingsan
Polisi: Pelaku dan Korban Pembunuhan di Central Park Tidak Saling Mengenal
Mutasi Polri, Kapolres Jakpus Kombes Komarudin Jadi Dirlantas Polda Jatim
Gali Jaringan Mucikari Mami Icha, Polda Metro Panggil 21 Korban di Bawah Umur
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin