Menurutnya, UN efektif sebagai instrumen rekayasa sosial untuk memaksa siswa belajar.
"Realitasnya, kalau tidak kita paksa, tidak mau belajar. Ini ada satu sampai dua minggu belajar, tapi kalau secara masif ini sudah menjadi gerakan massal," kata Nuh kepada Suara Pembaruan di Kompleks Menteri Jalan Widya Chandra III Jakarta, Minggu (22/4) sore.
Nuh mengatakan pemerintah melalui UN ingin menciptakan atmosfir agar siswa bisa mengeksplorasi kemampuannya.
Dia berharap UN bisa membentuk masyarakat belajar (learning society) kemudian berujung kepada masyarakat berpengetahuan (knowledge society).
Mendikbud mengakui ada pihak yang berpandangan anak tidak perlu dipaksa untuk belajar, sebaliknya keinginan belajar harus tumbuh secara alami.
Namun, dia menilai pemaksaan masih dibutuhkan apalagi anak saat ini dikelilingi oleh berbagai sarana hiburan yang jauh lebih menarik daripada belajar.
"Ada yang bisa dibiarkan secara alami, tapi untuk kasus sosial seperti ini harus ada rekayasa sosial," kata Nuh.
Dia menambahkan saat anak dipaksa belajar maka nilai atau tradisi kejujuran pun mau tak mau harus mereka terapkan.
"Kita biasakan tradisi jujur meski awalnya dengan terpaksa," ujarnya.
Mulai Senin (23/4) sampai Kamis (26/3), pemerintah menggelar UN untuk tingkat SMP/SMP Luar Biasa, Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMP Terbuka.
Pada hari pertama, siswa menghadapi ujian Bahasa Indonesia, lalu di hari kedua, Bahasa Inggris. Di hari ketiga siswa menempuh ujian Matematika dan pada hari terakhir adalah ujian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Terkait hal itu, Nuh mengatakan hasil UN SMP tetap menjadi standar untuk masuk ke jenjang SMA. Oleh karena itu, dia berharap siswa mengerjakan UN dengan sebaik-baiknya agar bisa masuk ke SMA favorit.
"Bagi adik-adik kita UN bagian dari anak tangga, karier akademik bagi adik-adik kita. Anak tangga yang mapan atau kuat bisa dipakai sebagai pijakan naik ke tingkat lebih atas," kata Nuh.
UN SMP dan sederajat diikuti oleh diikuti oleh 3.740.043 siswa dari 49.387 sekolah di Indonesia. Kriteria kelulusan UN SMP sama dengan UN SMA yakni diambil dari nilai sekolah (40%) dan nilai UN (60%).
Nilai sekolah terbagi menjadi tiga penilaian lagi yaitu tuntas mengikuti kegiatan belajar mengajar, berakhlak baik, dan lulus ujian sekolah.
Sumber: Suara Pembaruan