Jakarta - Jumlah lulusan perguruan tinggi (PT) setiap tahun terus bertambah. Namun masih banyak yang belum terserap industri. Berdasarkan data Kementerian, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti) jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi hanya sebesar 17,5 persen. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan tenaga kerja lulusan SMK/SMA yang mencapai 82 persen dan lulusan SD sebesar 60 persen.
Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti mengatakan, pemetaan serapan tenaga kerja tersebut hampir tak akan berubah setidaknya dalam kurun lima tahun ke depan. "Saat ini lulusan perguruan tinggi turut menyumbang pengangguran yang menjadi beban negara," kata Ghufron belum lama ini.
Ghuron menuturkan, lulusan PT seharusnya ada relevansi dengan kebutuhan kerja. Dalam hal ini, PT harus membuka jurusan yang memiliki kecocokan antara kebutuhan tenaga kerja. Ia juga menyebutkan, profesi seperti insinyur merupakan salah satu yang harus jadi pilihan bagi mahasiswa. Jumlah tenaga insinyur di Tanah Air masih minim.
Menyikapi masih tingginya jumlah penggangguran berijazah S-I, rektor Universitas Trilogi Asep Saefuddin mengatakan, untuk mengurangi angka pengangguran, kampus harus mempersiapkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dan pembangunan bangsa. Salah satunya program studi (Prodi) yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Selain itu, ia menuturkan, kampus harus memperkuat jaringan alumni. Ia mengaku, Trilogi telah melibatkan peran alumni sehingga ada tanggung jawab alumni kepada almamater.
Dalam hal ini, para mahasiswa yang menjalani masa magang, dapat dibantu oleh almuni. Para mahasiswa dimudahkan untuk menjalankan magang di tempat alumni bekerja. “Selama magang ada bimbingan dari alumni. Sehingga ketika lulus dan bekerja lulusan memiliki pengelaman yang lebih dibandingkan dengan lulusan kampus lain,”ucapnya.
Ketua tim pelaksana pembentukan kongres alumni Trilogi, Gunawan M. Natahadibrata menambahkan, kekuatan alumni bisa menjadi modal bagi kampus untuk semakin kuat. Selain itu juga menjadi kekuatan jaringan alumni untuk semakin kontributif. Pasalnya, statistik menunjukan setiap institusi pendidikan yang kuat selalu didukung oleh peran serta alumni.
Pendapat senada juga disampaikan oleh rektor President University (PU) Jony Oktavian Haryanto. Ia mengatakan, alumni memiliki peran sangat besar. PU memiliki situs tersendiri untuk menjaga hubungan baik antar alumni dan kampus. Sejauh ini, alumni PU turut andil dalam mengantar lulusan ke dunia kerja.
“Kami memiliki situs ikatan alumni. Jadi alumni memiliki peran untuk mendorong dan membantu mahasiswa untuk mendapat lapangan kerja yang sesuai dengan jurusan,” ucapnya.
Selanjutnya, ia menuturkan, kurikulum didesain mendukung target peningkatan daya saing SDM. Dalam hal ini, sistem perkuliahan di UP, para mahasiswa wajib mengunakan bahasa Inggris. Pasalnya, kurikulum pendidikan didesain mengunakan bahasa Inggris.
Selain itu, mahasiswa mengikuti praktik selama satu tahun. Sehingga sebelum lulus, 93 persen mahasiswa UP telah diterima di dunia kerja. "Di lingkungan Industri, serapan lulusan UP sangat tinggi. Karena mahasiswa dibekali dengan program satu tahun magang sehingga kemampuannya sudah teruji," ucapnya.
Sumber: BeritaSatu.com