Sabtu, 25 Maret 2023

Hoax Penyerangan Ulama untuk Pojokkan Pemerintah

Farouk Arnaz / YUD
Senin, 5 Maret 2018 | 13:25 WIB

Jakarta - Kasatgas Nusantara Irjen Eddy Gatot Pramono membeberkan hasil penyelidikan pihaknya terhadap isu penyerangan ulama yang marak di media sosial. Dari 45 isu penyerangan ulama yang terdeteksi dipastikan hanya tiga peristiwa yang benar terjadi di lapangan.

“Kita turun ke Polda Jatim, Jabar, Banten, DIY, dan Kalimantan Timur. Tim bergerak ke wilayah dan berkordinasi dengan Satgas Polda dan Polres yang ada isu penyerangan ulama yang diduga dilakukan orang gangguan jiwa,” kata Gatot dalam jumpa pers di Mabes Polri, Senin (5/3).

Langkah pertama tim menghitung berapa kasus yang terjadi. Baik yang ada di laporan polisi maupun media sosial.

Lalu tim juga langsung turun ke TKP dan melakukan pemeriksaan saksi dan mengumpulkan alat bukti.

“Kita juga minta dokter, psikiatri untuk mengecek 3 orang (pelaku) untuk meyakinkan apakah orang yang diduga melakukan gangguan kejiwaan itu betul punya gangguan kejiwaan atau tidak,” sambungnya.

Bahkan, masih kata Gatot, pihaknya juga melakukan pemeriksaan darah pada tiga orang gila itu. Tujuannya agar bisa memastikan apakah ada zat kimia yang dimasukkan ke dalam tubuh orang yang diduga gangguan jiwa tersebut supaya mereka menyerang ulama.

“Dari hasil semua itu maka kita simpulkan, dari isu terkait penyerangan ulama, ada 45 peristiwa yang terbagi dalam empat kategori. Pertama kategori yang betul terjadi dan itu ada. Ini ada tiga,” sambungnya.

Yakni dua kasus di Jawa Barat dan satu kasus di Jatim. Yakni terhadap Kyai Umar Basri, Ustad Prawoto, dan Kyai Mubarok. Pelakunya dipastikan gila dan tidak ditemukan zat kimia dalam tubuhnya.

Kedua adalah peristiwa yang direkayasa oleh korbannya namun setelah diperiksa, korban mengaku telah merekayasa pengakuannya.

Pertama di Kediri, satu lagi di Garut, Ciamis, dan Kalimantan Timur.

Ketiga adalah peristiwa itu tindak pidana umum tapi diplintir, diviralkan, seolah-olah korban adalah ulama dan pelaku orang gila.

“Keempat perisitiwa itu tidak terjadi sama sekali tapi diviralkan seolah terjadi penyerangan ulama. Jadi ada 42 isu yang hoax,” urainya.

Dari pendalaman tidak ditemukan koneksi antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain baik di Jatim dan Jabar. Maupun peristiwa hoax ditempat lain.

“Tidak ada temuan penyerangan ini didesain, ini perbuatan oknum tertentu. Kita belum menemukan itu di darat. Tapi di medsos kita temukan koneksi. Isu ini didesain sedemikian rupa seolah-olah terjadi suatu penyerangan ulama,” sambungnya.

Dari hasil pendalam tim siber ini dilakukan oleh kelompok yang dinamakan eks Saracen dan dari Muslim Cyber Army. Sebagian dari mereka kini sudah ditangkap.

“Kita ingin katakan bahwa apa yg dilakukan kelompok ini bermotif politik. Mereka menyebarkan isu hoax berharap dapat mendegradasi pemerintahan yang sah karena dapat memunculkan keresahan di masyarakat dan ulama,” imbuhnya.

Isu ini jika dibiarkan akan menimbulkan ketakutan dan bisa memecah belah bangsa yang akhirnya bisa timbul konflik sosial yang besar ketika tidak mampu diatasi.

“Ini tujuannya, mereka menghendaki bahwa pemerintah tidak bisa mengelola negara ini. Paling parahnya bisa memecah persatuan kesatuan bangsa. Hoax ini betul-betul berbahaya,” tegasnya.



Sumber: BeritaSatu.com

Saksikan live streaming program-program BTV di sini


Bagikan

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

1034581
1034582
1034580
1034583
1034579
1034577
1034578
1034576
1034575
1034574
Loading..
Terpopuler Text

Foto Update Icon