Jakarta - Angka penderita GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dinilai terus meningkat. Hasil studi yang tercantum dalam Jurnal Digestive Endoscopy pada 2009 menunjukkan, diare, gastroenteritis, dispepsia dan GERD menempati penyakit terbanyak yang menyebabkan pasien berobat rawat jalan.
Dokter spesialis penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Fahrial Syam, mengatakan, semakin meningkatnya angka GERD disebabkan semakin merebaknya gaya hidup tidak sehat. Padahal, penyakit tersebut dapat dicegah dengan modifikasi gaya hidup, berupa menghindari fast food yang bisa memicu GERD.
"Fast food sesuai namanya, membuat kita makan terburu-buru. Padahal, tidak mengunyah makanan dengan baik, akan membuat lambung bekerja lebih lama dan terjadinya reflux," ungkap Prof Fahrial Syam di sela peluncuran Yayasan Gastroenterologi Indonesia, di Jakarta, Jumat (31/8).
Prof Fahrial menambahkan, penyakit GERD memang tidak membahayakan jiwa. Namun, penderita penyakit tersebut sebagian besar mengalami kecemasan dan salah satunya ketakutan akan mati.
"Penderita GERD mengalami panas di dada dan kondisi perut yang tidak nyaman. Bahkan, bisa membuat terbangun di malam hari sehingga kualitas hidup menurun," jelasnya.
Namun, lanjut Prof Ari, apabila dibiarkan GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini terjadi karena asam lambung yang naik dapat menyebabkan luka pada dinding dalam kerongkongan, sehingga yang awalnya hanya berupa perlukaan, lama kelamaan semakin luas dan bisa menyebabkan penyempitan kerongkongan bawah. Bahkan, GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan yang menyebabkan terjadinya penyakit Barrett’s yang merupakan lesi pra kanker.
"Di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi, tenggorokan, pita suara, saluran pernafasan bawah bahkan sampai paru-paru," katanya.
Prof Ari mengatakan, dokter-dokter spesialis konsultan gastroenterohepatologi (KGEH) yang juga merupakan pengurus besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI) akhirnya mendirikan Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI).
"YGI merupakan yayasan nonprofit yang salah satu tujuannya mensosialisasikan informasi-informasi mutakhir seputar permasalahan kesehatan pencernaan kepada masyarakat melalui berbagai aktivitas diantaranya melalui situs resmi," tutupnya.
Sumber: Investor Daily