Jakarta - Delapan hari pascagempa dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), jumlah korban jiwa terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban tewas mencapai 1.649 jiwa. Korban tewas banyak terdapat di Kota Palu mencapai 1.413 jiwa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, korban meninggal dunia di Kota Palu paling banyak karena gempa kuat dan terjangan tsunami di sekitar Pantai Talise.
"Belum semua area terevakuasi. Kita berusaha temukan di wilayah yang diterjang tsunami dan likuefaksi," kata Sutopo dalam konferensi pers Penanganan Bencana Sulteng, di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (6/10).
Sutopo menambahkan, total 1.649 jenazah sudah dimakamkan. Kemudian, satu warga negara Korea Selatan (Korsel) yang merupakan atlet paralayang ditemukan tewas di Hotel Roa-Roa yang runtuh. Atas permintaan keluarga, jenazah sudah dikremasi dan dibawa ke Korsel.
Baca Juga: Pemerintah Akan Bangun Barak untuk Tampung Pengungsi
Untuk korban luka berat mencapai 2.549 dirawat di sejumlah rumah sakit. Korban hilang mencapai 265 orang terdiri dari 152 orang tertimbun. Sementara itu, pengungsi saat ini mencapai 62.359 jiwa yang tersebar di 147 titik.
"Terjadi penurunan pengungsi karena sebagian kembali ke rumah atau melakukan evakuasi keluar dari Palu," ucapnya.
BNPB juga mencatat, data sementara rumah rusak mencapai 66.926 unit. Sekolah rusak saat ini mencapai 2.736 unit.
Gempa kuat magnitude (M) 7,4 pukul 17.02 WIB diikuti tsunami melanda Palu dan Donggala, Jumat (28/9). Selain peristiwa itu, sejumlah daerah juga mengalami tanah bergerak (likuefaksi) karena tanah lunak terdampak guncangan gempa keras. Akibatnya rumah-rumah tenggelam ditelan lumpur sedalam 3 meter. Masa tanggap darurat ditetapkan sejak 28 September-11 Oktober 2018.
Sumber: Suara Pembaruan