Jakarta - Indonesia pada 2045 diprediksi menempati peringkat ketiga dunia. Pada 2045, kaum milenial sekarang menjadi pemimpin Indonesia. Terdapat sejumlah persyaratan agar hal itu terwujud.
Demikian disampaikan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam acara Milenial Fest 2018 bertajuk #LayaniGenerasiKita di Djakarta Theater, Jakarta, Minggu (28/10).
Pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut menjelaskan berbagai persyaratan dimaksud. Misalnya seperti angka pertumbuhan ekonomi tidak di bawah angka lima persen. Membeli produk lokal suatu keniscayaan.
Berikutnya, kalangan milenial harus kompetitif. Memiliki kemampuan bahasa Inggris mumpuni. Tak kalah penting, Kang Emil mengingatkan perlunya situasi sosial dan politik yang kondusif. Di sini, ia meminta agar pertikaian akibat perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi dihilangkan.
"Kalau kita berantem terus tiap Pilkada, Pilpres, kapan kerjanya? Empat tahun saya jadi wali kota Bandung, saya sibuk mendamaikan orang beda pendapat, pilihan. Kalau politik kita enggak kondusif, kapan kita bangun Indonesia dengan inovasi?," katanya.
Ia lantas juga menyinggung adanya dua sebutan kelompok di media sosial yakni cebong dan kampret. "Sekarang kan terbelah, ini cebong, ini kampret. Kalau bisa cepret saja digabung," tukasnya seraya disambut tawa dan tepuk tangan peserta acara.
Untuk diketahui, cebong sering disebut panggilan untuk pendukung Presiden Joko Widodo, sedangkan kampret istilah bagi kelompok oposisi.
Pada kesempatan itu, Kang Emil juga berbicara terkait pemerintahan. Diungkapkan, pemerintahan mengatur segala aspek kehidupan. "Kalau hidup kita enggak diatur orang kompeten, kebayang hidup kita berantakan. Kalau ingin pemerintah berubah gabung ke dunia pemerintahan," ujarnya.
Ia juga menuturkan, teknologi jangan menjauhkan kaum milenial dari kemanusiaan. Teknologi, lanjutnya, harus menjaga kewarasan kaum muda dari situasi bising dan memekakkan telinga. "Dunia tidak hanya makin damai tetapi bahaya. Berita bohong banyak hoax ribuan. Kita harus jadi generasi tabayun. Mending telat dikit tetapi benar," tuturnya.
"Ada contoh negara bubar, Yugoslavia bubar. Ada negara karena tidak bersatu, berantem banyak. Suriah, Yaman, Afganistan, Irak. Pesan saya, bicaralah yang baik atau diam, posting-lah yang positif atau tahan."
Sumber: Suara Pembaruan