Jakarta, Beritasatu.com - Demi meningkatkan daya saing bangsa di era global, semakin banyak perguruan tinggi beralih dari kampus riset menjadi kampus berbasis entreprenuership. Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi salah satu di antaranya.
Rektor ITB Kadarsyah Suryadi mengatakan pihaknya secara formal mendeklarasikan diri untuk bergerak dari kampus berbasis riset ke kampus berbasis entreprenurship sejak 2015. Hal ini dilakukan agar hasil riset yang selama ini dilakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat melalui inovasi.
Untuk mendukung hal tersebut, ITB membangun lembaga pengembangan inovasi dan kewirausahaan (LPIK) untuk mempertemukan para pegiat kewirausahaan di kampus dengan pasar dan calon investor. Menurutnya, inovasi tanpa ada pasar dan investor tidak akan berarti. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi termasuk antarperguruan tinggi yang sama-sama berbasis entreprenurship.
“Sekarang ini era entreprenurship tidak akan mungkin bekerja sendiri. Inovasi dan teknologi misalnya, jika tidak ada sentuhan akuntansi dan kewirausahaan seperti bisnis dan market plan tidak akan berjalan dengan baik. Saat ini Podomoro University memiliki banyak pengelaman dan memiliki program studi akuntasi kewirausahaan. Dengan begitu, ITB dengan teknologi dapat jalankan secara sinergi,” kata Kadarsyah saat penandatanganan nota kesepahaman Podomoro University dengan ITB dan Asosiasi Manajemen Indonesia di auditorium Podomoro University, Jakarta, Kamis (13/6).
Sebelumnya, Podomoro University sudah bekerja sama dengan Babson College yang memang terkenal di bidang wirausahaan, sehingga dia berharap akademisi ITB pun bisa belajar dari kedua institusi tersebut untuk berbagi pengalaman.
Ada tiga hal yang dilakukan ITB untuk menjadi kampus berbasis entrepreneurshiup. Pertama, para dosen harus membuat riset yang bisa diaplikasikan dengan dunia industri. Kedua, para mahasiswa lebih banyak dilibatkan dalam lomba-lomba kewirausahaan yang digelar secara nasional maupun internasional. Ketiga, kampus juga berinteraksi dengan dunia usaha dan industri untuk mengetahui kebutuhan mereka, sekaligus menjadi tantangan untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Agar berhasil sebagai entrepreneurial university, lanjut Kadarsya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, proses belajar-mengajar harus bagus karena output yang ingin dihasilkan adalah yang siap kerja dan profesional. Kedua, meski kampus bergerak di bidang entrepreneurship, tetapi riset tidak boleh ditinggalkan. Ketiga, kampus harus bisa menciptakan lapangan pekerjan baru.
"Kami sudah menghasilkan 105 start-up dan 25 di antaranya sudah spin-off. Salah satu karya kami ialah katalis kimia yang bisa mengubah sawit menjadi green fuel,’’ jelasnya.
Sementara itu, Rektor Podomoro University, Cosmas Batubara mengatakan untuk pengembangan tridarma perguruan tinggi swasta, seperti Podomoro University, kerja sama dengan institusi pendidikan maupun asosiasi sangat penting. Kerja sama, antara lain dilakukan dalam kegiatan insidentil, seperti dosen tamu dan pengembangan kurikulum.
"Podomoro University ingin meresmikan kerja sama dengan ITB dalam bentuk perjanjian yang memayungi seluruh kegiatannya. Dengan adanya pelaksanaan kerja sama ini kita semua dapat berkomitmen untuk mengutamakan kepentingan pembangunan nasional, menghargai kesetaraan mutu, saling menghormati dan menghasilkan peningkatan mutu pendidikan, berkelanjutan serta mempertimbangkan keberagaman kultur yang bersifat lintas daerah, nasional, dan internasional,“ ujarnya.
Podomoro University, lanjutnya, juga berkomitmen untuk menjadi institusi pendidikan yang efektif, efisien, produktif, kreatif, berinovasi, bermutu terbaik, dan relevan dengan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, demi meningkatkan daya saing bangsa di era globalisasi.