Jakarta, Beritasatu.com - Markas Besar (Mabes) Polri tidak berhenti menyelidiki siapa yang bertanggung jawab di balik peristiwa pemadaman listrik masal di Jabodetabek, Banten, hingga DIY, Minggu (4/8/2019). Kendati pemadaman yang memicu kekesalan Presiden Joko Widodo terhadap Direksi PT PLN (Persero) itu diduga karena pohon, namun penyelidikan tetap berjalan.
“Betul didalami (siapa yang bertanggungjawab). Ini kan dugaan sementara faktor alam dan teknis (karena pohon) tapi dugaan faktor manusia dan lainnya nanti didalami juga,” kata Karo Penmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Selasa (6/8/2019).
Seperti diberitakan, polisi menduga pemadaman listrik yang membuat potenti kerugian hingga triliunan rupiah itu disebabkan oleh rusaknya tower transmisi 434-435 di Desa Malon, kecamatan Gunung Pati, Semarang. Line transmisi itu rusak karena adanya flash (loncatan listrik) yang disebabkan oleh adanya pohon yang sudah di luar batas ROW (Right of Way) dengan tinggi lebih 8,5 meter.
Pucuk pohon itu menyentuh kabel listrik dan menyebabkan ledakan dan kebakaran. Ini dikuatkan dari hasil olah TKP dimana pohon sumber masalah itu sudah dilakukan penebangan sore hari itu juga. Dugaan ini didapatkan polisi setelah meng-interview dan audiensi dengan petugas PLN UPT Ungaran. Mereka adalah Yan Bahrir (bagian rencana & evaluasi), Andhika Unit Pelayanan Pembagian Beban (UP2B), dan Yulias (bagian teknis transmisi).
Kepada polisi, Yulias menyatakan bila pada hari Minggu (4/8/2019) sekitar pukul 12.30 WIB, dia menerima laporan dari pusat kalau Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi Ungaran mengalami gangguan (trip) tidak kuat menahan daya beban.
Yan Bahrir menguatkan dan membenarkan penjelasan Yulias. Dia menambahkan akan dibentuk Tim Investigasi dari PLN Pusat. Sedangkan Andhika menjelaskan lebih detail bahwa UPT Ungaran-Pemalang sebagian besar listriknya disuplai dari pembangkit wilayah timur ( Paiton, Gresik , dan pembangkit lain di wilayah Timur).
Alur distribusi listrik itu melalui dua jalur utama yaitu utara dan selatan (UPK Ungaran-Pemalang termasuk jalur utara). Dikarenakan adanya 2 line tower transmisi 500 KVA di dusun Malon yang terputus akibat flash (loncatan listrik) maka sebagian beban otomatis berpindah ke jalur selatan.
Tapi ini juga jadi masalah baru. Karena jalur selatan tidak kuat menanggung beban daya, sehingga dua line jalur transmisi di Tasik-Depok terputus, akibat sistim proteksi gagal. Akibatnya pasokan daya dari jalur utara dan selatan terputus sama sekali sehingga pasokan pembangkit listrik dari timur ke barat (Jakarta, Banten, Jabar) tidak bisa berjalan yang berakibat black out. Sedangkan pasokan dari pembangkit wilayah barat (Suryalaya, Muara Karang, dan Cilegon) tidak bisa mencukupi suplai listrik di wilayah barat.
“Tim dari Mabes bersama tim Polda Jateng, yang sudah mendahului ke TKP, akan mendalami dulu temuan ini secara komperhensif. Tentunya kita terus berkoordinasi dengan pihak lain. Soal kerugian masyarakat sektornya adalah lembaga perlindungan konsumen dulu. Dari sana nanti akan menerima pengaduan seperti yang sudah pernah dilaksanakan. PLN sendiri kan akan melakukan kompensasi 35 persen dari pembayaran yang nanti akan dimasukkan dalam tarif bulan depan. Mekanismenya lagi diatur,” pungkas Dedi.
Sumber: BeritaSatu.com