Bengkulu, Beritasatu.com - Setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium, ternyata penyebab kematian sebanyak 28 ekor penyu di seputaran Pantai Teluk Sepang, Pulau Baai, Kota Bengkulu, bukan karena limbah beracun dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ada di daerah itu.
"Kepastian kematian penyu bukan karena limbah PLTU setelah dilakukan pengecekan dari berbagai aspek, termasuk masalah cuaca," kata Asisten II Pemprov Bengkulu, Yuliswani, di Bengkulu, Minggu (2/2/2020).
Ia mengatakan, pengecekan sampel bangkai penyu dilakukan dari berbagai aspek, mulai dari uji laboratorium, pengecekan iklim dan kondisi air laut oleh BMKG, serta uji laboratorium Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bengkulu.
Yuliswani mengatakan puluhan bangkai penyu mengapung di perairan Pantai Teluk Sepang ditemukan sejak April 2019 hingga Januari 2020. Kematian satwa dilindungi ini langsung direspon Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, dengan melakukan pemeriksaan terhadap bangkai penyu tersebut.
Bangkai penyu yang diperiksa petugas BKSDA Bengkulu tersebut, rata-rata sudah dalam kondisi membusuk, dan kematian penyu ini lebih dari 48 jam sebelum ditemukan. Kematian 28 ekor penyu akibat terikat jaring, dan ditemukan kantong plastik deterjen, tali, filter rokok, dan kayu pada saluran pencernaan.
Kepala BKSDA Bengkulu, Donal Hutasoit mengatakan, dilakukan pemeriksaan nekrosi (bedah bangkai,red) dan dilanjutkan dengan koleksi spesimen dari organ-organ penyu. Spesimen tersebut, katanya kemudian dikirim ke laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian dan Laboratorium PSSP Institut Pertanian Bogor pada 5 Desember 2019, untuk tujuan pemeriksaan histopatologi dan toxicologi
Berdasarkan Surat Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor Nomor: 8/16/PK.310/H.S.1/01/19/538 tanggal 20 Januari 2020 perihal hasil pemeriksaan laboratorium, bahwa diagnosa umum mikroskopis dari spesimen penyu yang telah dikirimkan adalah hepatik nekrosis parah, hepatitis, enteritis parah, hemorrhage, hemosiderosis, myopathy dan myosis.
Hasil penegakan diagnosa laboratorium adalah infeksi bakterial suspect salmonellosis dan clostridiosis. "Hal ini juga dipengaruhi oleh spesimen yang dikoleksi dan dikirimkan sudah mengalami autolysis,” kata Erni Suyanti Musabine, seorang petugas bagian kesehatan hewan BKSDA Bengkulu.
Dijelaskan, berdasarkan hasil pengujian Nomor: LB.19/538 Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian tanggal 10-11 Desember 2019 dari pemeriksaan 11 spesimen organ penyu diketahui bahwa hasil pengujian toxicologi tidak menunjukkan nilai yang mempengaruhi mortalitas penyu.
Sementara itu, Direktur Reskrimsus Polda Bengkulu, yang diwakili AKP Khoiril Akbar mengatakan, sejak kasus kematian penyu mencuat pihaknya telah melakukan penyelidikan dengan turun ke lapangan bersama ahli.
Selain itu, untuk mengusut kematian penyut tersebut, Polda Bengkulu, masih menunggu hasil uji laboratorium. Dengan diumumkan hasil uji laboratorium yang menyatakan bahwa kematian puluhan ekor penyu di perairan Pantai Teluk Sepang, Kota Bengkulu, bukan karena limbah PLTU, maka prose penyelidikan kasus otomatis dihentikan Polda Bengkulu, kecuali ada bukti baru.
Operasi PLTU Teluk Sepang, Kota Bengkulu, berkapasitas 2x100 MW tersebut rencananya akan diresmikan oleh Presiden Jokowi ketika berkunjung ke Bengkulu pada Rabu (5/2/2020) lusa.
Selain meresmikan PLTU Teluk Sepang, Jokowi juga akan meresmikan monumen Ibu Fatmawati Seokarno yang berlokasi di Simpang Lima, Kota Bengkulu, serta peletakkan batu pertama dimulainya pembangunan jalan tol ruas Bengkulu-Lubuklinggau sepanjang 41 km.
Sumber: BeritaSatu.com