Jakarta, Beritasatu.com - Badan Informasi Geospasial (BIG) telah merampungkan pemetaan wilayah Pasir Madang, Bogor, yang dilanda longsor awal tahun 2020. Dari hasil pemetaan diketahui ada tiga kecamatan terdampak parah longsor. Daerah terdampak juga tidak direkomendasikan untuk dihuni kembali dan perlu upaya relokasi ke tempat yang lebih aman.
Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan iklim BIG Ferrari Pinem mengatakan, dari total luas Desa Pasir Madang 1.719 hektare (ha) teridentifikasi luasan daerah longsor dan terdampak sebesar 442,13 ha. Artinya, hampir seperempat total luasan dari Desa Pasir Madang kena longsor. Hal ini menandakan betapa masifnya kejadian longsor yang terjadi di daerah tersebut. Sementara data BNPB menyebut, jumlah pengungsi longsor di Kabupaten Bogor sejumlah 16.242 yang berada di 33 titik pengungsian.
"Ada tiga kecamatan yakni Nanggung, Sukajaya, dan Cigudeg yang terdampak paling parah banjir bandang dan longsor di Kabupaten Bogor,” kata Ferrari saat dihubungi melalui telepon oleh Beritasatu.com, di Jakarta, Minggu (2/2/2020).
Terkait dengan relokasi penduduk, wilayah Desa Pasir Madang lanjutnya, sebenarnya sudah tidak layak untuk dijadikan permukiman, mengingat potensi bencana yang sama dapat terjadi kembali ditambah secara ekologis wilayah ini juga merupakan bagian hulu dari suatu sistem DAS yang harusnya berperan sebagai daerah resapan air. Oleh sebab itu perlu dicarikan opsi wilayah yang memadai dan aman untuk memindahkan penduduk setempat meski hal ini tidak akan mudah. Perlu sosialisasi dan pendekatan ke masyarakat setempat yang menjadi korban bencana.
Desa Pasir Madang kata Ferrari terletak pada punggung perbukitan yang merupakan bagian hulu dari sebuah DAS. Punggung perbukitan tersebut membagi dua bidang arah aliran ke sebelah barat menuju Lebak dan sebelah timur menuju wilayah Bogor.
Berdasarkan data kontur dan citra tiga dimensi menunjukkan bahwa wilayah Desa Pasir Madang memiliki sejumlah perbukitan yang cukup curam. Morfologi di sekitar lokasi umumnya perbukitan bergelombang berupa lereng agak terjal sampai sangat terjal, bahkan pada beberapa tempat hampir tegak dengan kemiringan rata-rata lebih dari 30 derajat.
Berdasarkan peta zona kerentanan gerakan tanah Kabupaten Bogor, lokasi gerakan tanah di wilayah ini termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi. Artinya potensi untuk terjadi longsor mudah terjadi.
"Salah satu tujuan pemetaan cepat adalah untuk melihat dampak kerusakan yang diakibatkan oleh bencana, dalam hal ini bencana banjir bandang dan longsor,” ujarnya.
Sementara dari potret yang berhasil direkam melalui pemotretan udara, Ferari menjelaskan, kondisi longsor yang ada di desa-desa sebelahnya dari 3 kecamatan tersebut, juga mengalami kondisi yang hampir sama dengan kondisi di Desa Pasir Madang.
Menurutnya, tiga kecamatan tersebut merupakan wilayah hulu dari beberapa daerah aliran sungai (DAS) yang ada di kaki Gunung Halimun dan memiliki karakteristik fisik geomorfologi, geologi, tanah dan morfologi yang hampir sama. Karakteristik fisik itu membuat wilayah tersebut memiliki potensi ancaman bahaya yang sama seperti banjir bandang dan longsor.
Selain itu, adanya aktivitas manusia yang mengurangi daya dukung lingkungan setempat menjadi penyebab terjadinya bencana longsor. Alih fungsi lahan seperti pembukaan lahan pertanian dan perkebunan, aktivitas tambang dan permukiman menjadi faktor yang memperberat kejadian longsor dan banjir bandang yang terjadi, ditambah dengan besarnya intensitas hujan yang terjadi pada saat kejadian.
"Berdasarkan hasil pemotretan foto udara banyak ditemukan fungsi kawasan daerah hulu yang sudah tidak sesuai lagi dengan fungsi ekologisnya,” ucapnya.
Perubahan alih fungsi lahan juga mengakibatkan wilayah hulu yang semestinya sebagai daerah resapan air tidak mampu lagi melaksanakan fungsinya dengan baik.
Dari hasil pemetaan ini nantinya tambah Ferari akan dipakai untuk kebutuhan penanaman bibit. Oleh karena itu perlu informasi di mana dan berapa luasan wilayah yang akan direhabilitasi, tujuannya untuk mengetahui sebaran longsor, luas dan kemiringan lahan setelah longsor dalam rangka penanaman bibit vetiver.
Fokus
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo menyebut, hasil pemetaan nantinya digunakan untuk upaya relokasi yang tepat. Saat ini, pihaknya fokus pada penanganan pengungsi dan pendataan rumah rusak ringan dan rusak berat.
"Kita juga menyiapkan pilot project penanaman vetiver di Sukajaya yang rencananya akan ditanam Presiden, Senin (3/2),” kata Agus.
Agus menjelaskan, vetiver akan ditanam untuk melindungi areal yang rawan longsor. Selain vetiver juga dilakukan penanaman tanaman keras seperti mahoni, kenari, alpukat, rambutan dan durian.
Terkait hunian di lokasi relokasi, Agus menyebut bisa berupa hunian sementara atau bahkan langsung hunian tetap. Lokasi relokasi pun dipastikan berada di lokasi aman bencana dan semua ini menunggu keputusan pemerintah daerah. Selama masa tunggu tersebut, pengungsi akan diberi bantuan Rp 500.000 per keluarga oleh BNPB untuk membantu pemenuhan kebutuhannya sehari-hari.
Sumber: Suara Pembaruan