Bogor, Beritasatu.com - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menjalin kesepakatan dengan Kementerian Pertanian (Kemtan) tentang pengembangan, pemanfaatan dan optimalisasi perpustakaan di lingkungan Kemtan.
Baca: Mendagri Dukung Perpusnas Tingkatkan Budaya Literasi
Penandatanganan kesepakatan bersama dilakukan Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, di sela-sela peluncuran Museum Tanah dan Pertanian, Bogor, Selasa (3/3/2020).
“Jalinan kerja sama ini bertujuan mensinergikan program dan kegiatan Perpusnas dengan Kemtan. Selanjutnya, hal ini diharapkan meningkatkan efektifitas fungsi dan peran kedua instansi dalam pemanfaatan dan pengembangan di lingkungan Kemtan,” ujar Syarif Bando dalam keterangan persnya, Kamis (4/3/2020).
Kesepakatan ini, kata Syarif Bando, meliputi tujuh ruang lingkup yakni pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pengembangan pangkalan data katalog induk nasional, otomasi perpustakaan, serta perluasan jejaring nasional perpustakaan repositori digital yang tergabung ke dalam Indonesia OneSearch (IOS).
Baca: DPR Dukung Program Kemtan
Kemudian, pengembangan SDM dan TIK di bidang perpustakaan dan kepustakawanan; pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan, dukungan pengembangan pendidikan dan pelatihan dalam bidang perpustakaan dan kepustakawanan.
“Selain itu, penghimpunan dan pelestarian karya cetak dan karya rekam (KCKR), penguatan program perpustakaan berbasis inklusi sosial, dan kerja sama lain yang disepakati kedua pihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” tandas Syarif Bando.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menyatakan, museum dan perpustakaan adalah paradoks yang dibutuhkan oleh Indonesia. Gabungan antara museum dan perpustakaan, bisa menjadi agenda intelektual baru dalam kehidupan.
Baca: Mentan Ajak Investor Italia Kembangkan Sektor Pertanian
“Saya merasa ini karunia luar biasa karena menyaksikan sebuah museum dan sebuah perpustakaan, ini menjadi paradoks dalam pikiran saya. Museum menandakan sesuatu yang lama, tetapi perpustakaan selalu menembus ke depan,” jelas Yasin Limpo.
Melalui museum, kata Yasin Limpo, dirinya meyakini bahwa pertanian Indonesia akan semakin lebih maju, mandiri, dan modern. Sementara, perpustakaan yang modern erat kaitannya dengan proses literasi.
“Bicara modern, bicara literasi. Bicara literasi, bicara kapasitas. Bicara kapasitas, bicara kekuatan,” tegas Yasin Limpo.
Sumber: BeritaSatu.com