Semarang, Beritasatu.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meminta para pengusaha tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja mereka di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Pengusaha dan buruh diminta mengedepankan musyawarah dalam mengatasi persoalan mereka untuk bertahan di tengah situasi sulit seperti sekarang ini.
"Saya minta pengusaha, ketika kekompakan masih bisa dijaga dan relasi buruh masih baik, saya mohon usahakan betul-betul tidak ada PHK. Bicarakan secara internal apakah mungkin pengurangan jam kerja. Dari sisi pendapatan, bisa dipakai aturan baru pola penggajian dan berapa besarannya. Musyawarah menjadi penting ditengah situasi yang sulit ini," kata Ganjar Pranowo, Selasa (7/4/2020).
Ganjar mengakui, virus corona memang telah memukul sektor industri Jawa Tengah. Namun, di tengah pandemi ini masih ada beberapa perusahaan yang mencoba bertahan dengan mengalihkan jenis produksi terutama industri garmen. "Mereka memproduksi APD dan masker bahkan beberapa di antaranya malah mau disumbangkan," ujar Ganjar Pranowo.
Dikatakan, Pemerintah sudah mengeluarkan insentif kepada perusahaan-perusahaan seperti penjadwalan ulang pembayaran utang bank.
Pihaknya meminta perusahaan-perusahaan menggunakan intensif tersebut semaksimal mungkin.
"Rechedule utang di bank bisa dilakukan. Silakan berkomunikasi dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sudah membuat aturannya. Hari ini sudah dibuat aturan tentang leasing. Kami minta perusahaan leasing taati ini. Jangan bikin masyarakat lebih susah karena semua sudah diatur," ujarnya.
Pihaknya sudah menyiapkan jaring pengaman di sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Kartu prakerja pun sudah disiapkan bagi warga Jateng yang terkena PHK akibat wabah virus corona. "Kartu prakerja di Jateng alokasinya cukup banyak," kata Ganjar Pranowo.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Arif Sambodo, secara terpisah menuturkan, virus corona telah memukul sektor industri tekstil, perkayuan, kimia, dan elektronika Jawa Tengah. Sebab, industri-industri tersebut begitu bergantung dengan bahan baku impor.
"Mereka juga terkendala dengan ekspor, karena beberapa negara menghentikan impor karena lockdown," jelas Sambodo.
Sambodo mengakui beberapa perusahaan di Jateng bahkan sampai gulung tikar akibat corona. Namun, Sambodo mengaku tidak hapal berapa jumlah perusahaan yang telah gulung tikar di Jateng gara-gara corona.
"Mereka terkendala bahan baku dan permintaan. Jadi ini masalah kompleks, ada kaitannya dengan pajak dan perbankan," ujarnya.
Sumber: BeritaSatu.com