Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta penerapan protokol kesehatan yang ketat, baik dari pihak pemerintah, masyarakat dan lembaga terkait dalam rencana pembelajaran tatap muka. Hal itu agar proses pembelajaran tidak menjadi media penyebaran Covid-19.
"Diskresinya tetap kepada dinas daerahnya masing-masing, karena mereka yang tahu persis masalahnya," kata Tito di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Ia menyatakan itu dalam rangka persiapan metode persiapan pembelajaran tatap muka berdasarkan Surat Keputusan bersama 6 Kementerian Lembaga (K/L). Mendagri meminta agar proses tatap muka dapat diberikan simulasi terlebih dahulu. Misalkan suatu sekolah yang dijadikan sebagai role model dengan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan selama kurang lebih 1 bulan. Kemudian dilakukan peninjauan seandainya ada cluster baru atau tidak pada proses pertemuan tatap muka tersebut. Dengan demikian, pemerintah dapat mengambil kesimpulan program tersebut dapat dilanjutkan atau tidak.
“Itu ditentukan dahulu sekolah-sekolah di setiap zona yang akan dijadikan role model, dijadikan model simulasi. Mungkin 2 minggu atau 1 bulan, 1 atau 2 sekolah yang dianggap berkesan menerapkan protokol. Nah kalau seandainya tidak terjadi cluster baru, kemudian baru diberlakukan bertahap direplikasi di tempat-tempat lain,” jelas mantan Kapolri ini.
Dia meminta agar pembukaan sekolah berdasarkan rekomendasi Gugus Tugas masing-masing daerah. Karena Gugus Tugas yang mengetahui status satu daerah, apakah hijau, kuning atau merah.
“Gugus tugas daerah dan dinas daerah ini menjadi penting, menjadi kunci untuk penentuan apakah di tempat itu boleh dilakukan pertemuan tatap muka," tutup Tito.
Sumber: BeritaSatu.com