Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang PS Brodjonegoro, mengatakan, saat ini kebijakan pemerintah fokus pada penanganan Covid-19 serta pemulihan ekonomi nasional.
Menristek menyebutkan, sebelum Covid-19 terjadi telah menujukan pelemahan ekonomi global yang disebabkan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, sehingga menimbulkan ketidakpastian di berbagai dunia. Kemudian, wabah Covid-19 juga menimbulkan pelemahan ekonomi.
"Ekonomi yang konvensional membutuhkan interaksi tatap muka dan komunikasi langsung antar manusia. Karena adanya pandemi menjadi terintruksi, otomatis ketika terjadi kontraksi ekonomi, dunia dihadapkan pada kenyataan bahwa resesi global harus segera diatasi," jelasnya dalam webinar kuliah umum bertajuk 'Riset dan Inovasi Selama Masa New Normal' yang diselengarakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi-Indonesia Banking School (STIE-IBS), Jumat (4/9/2020).
Untuk mengatasi pelemahan ekonomi ini, lanjut Menristek, harus menempuh dua cara. Dari segi kesehatan, dimana serangan Covid-19 harus segera ditangani, maupun dari segi ekonominya. Untuk mengatasi Covid-19 tidak mudah, karena merupakan virus baru dan belum ada obat secara resmi yang datang mengatasinya.
"Pengembangan vaksin berpacu dengan waktu dan berhadapan dengan ketidakpastian. Pasalnya, tidak ada yang bisa menjamin vaksin yang dikembangkan saat ini bisa manjur meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi Covid-19," katanya.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, kata Menristek, adaptasi kebiasaan baru menjadi solusi, dimana setiap orang harus bisa melakukan kegiatan secara sehat dan produktif. "Protokol kesehatan harus diterapkan secara disiplin. Hanya itu cara kita untuk memutus penyebaran wabah tersebut. Harapannya, dengan menjaga kesehatan dengan protokol yang ketat maka ekonomi bisa berjalan," tegasnya.
Menghadapi pandemi Covid-19, kata Bambang, Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN memiliki strategi dengan membentuk konsorsium riset dan inovasi. "Kami melihat dan mengantisipasi, Indonesia membutuhkan masukan dalam berbagai hal dan peran ilmuwan, termasuk dosen dan peneliti untuk mengatasi pandemi ini," katanya.
Menristek juga menekankan pentingnya optimalisasi riset dan inovasi pada bidang kesehatan, terutama screening (penyaringan) dan diagnostik. "Konsorsium riset dan inovasi yang digagas oleh Kemristek dalam penanganan Covid-19 bisa dibilang sebagai cikal bakal triple helix yang merupakan kerja sama pemerintah, dunia usaha dan akademi," tandasnya.
Ketua STIE-IBS, Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, mengatakan, pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan ekonomi dan sosial secara signifikan yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya sektor pendidikan.Oleh karena itu, perguruan tinggi harus terus bergerak melakukan riset dan mencari inovasi.
"Konsep riset mencari sesuatu yang baru yang selama ini belum ada. Sedangkan konsep inovasi adalah sebagai penemuan sesuatu yang baru dan relevan. Jadi, riset dan inovasi sebenarnya dua hal yang tidak bisa dielakkan terutama bagi civitas academica di perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya," jelas Kusumaningtuti.
Kepala LLDikti Wilayah III Provinsi DKI Jakarta, Prof Agus Setyo Budi, mengatakan, sektor pendidikan, termasuk perguruan tinggi juga terkena dampak pandemi Covid-19. Namun, ternyata di balik itu banyak sekali hikmah yang didapatkan. Salah satunya, menjadikan kesehatan sebagai prioritas dalam kehidupan sehari-hari.
"Untuk dapat bertahan dalam situasi tidak menentu ini, perguruan tinggi harus cepat beradaptasi sekaligus melakukan inovasi, sehingga semua aktivitas perguruan tinggi, meskipun daring tetap tidak kalah produktif dan tetap menjaga kualitas. Kami mengapresiasi IBS yang sangat aktif mengadakan webinar series. Pandemi telah mengajarkan pentingnya riset dan invoasi di sektor kesehatan," tandasnya.
Sumber: BeritaSatu.com