Pengaruh Pembelajaran Online Bagi Generasi Z

Jakarta, Beritasatu.com - Generasi Z atau mereka yang lahir di rentang tahun 1996-2010 disebut sebagai iGeneration lantaran lahir dan 'akrab' dengan internet. Mereka juga menjadi kelompok yang paling intensif menggunakan media sosial (Medsos).
Hasil penelitian IBM Institute bahkan menyebutkan, 74 persen generasi Z menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan aktivitas online. Dimana, smartphone menjadi perangkat yang paling banyak digunakan dengan presentase mencapai 75 persen, diikuti dengan laptop (45 persen), desktop (30 persen) dan tablet (10 persen).
Fakta tersebut diamini oleh Nasyillah kelas 8 (Palangkaraya), Eva kelas 9 (Balikpapan) dan Billy kelas 11 (Surabaya). Dalam Podcast bersama Telset TV, mereka kompak menyebutkan, smartphone adalah perangkat yang paling sering digunakan, baik untuk berkomunikasi via whatsapp, belajar online ataupun mencari informasi di internet.
Ketiga siswa tersebut juga mengakui, rutinitas mereka di dunia maya kini lebih banyak didominasi oleh aktivitas yang terkait dengan pembelajaran online. Hal ini tidak lepas dari kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19, dimana para siswa 'terpaksa' belajar secara online, baik pada saat jam sekolah maupun di luar jam sekolah.
"Lahir dan tumbuh di era digital, membuat para siswa di generasi Z lebih matang dan mandiri dalam hal pemanfaatan teknologi. Termasuk saat pandemi mengharuskan mereka untuk belajar secara online," jelas Maryam Mursadi, Head of Academic dari Kelas Pintar.
Menurut Maryam, ketika pandemi Covid-19 melanda dunia dan hampir semua aktivitas belajar mengajar bergeser ke online, generasi Z bisa dengan cepat beradaptasi karena mereka memang sudah terbiasa berinteraksi di dunia maya.
"Hanya kebiasaannya saja yang berubah, jika sebelumnya mungkin mereka lebih aktif di medsos, kini porsi untuk belajar online dan mencari informasi untuk kebutuhan belajar jadi lebih tinggi," jelas Maryam.
Hal senada diutarakan oleh Nasyillah, Eva dan Billy. Mereka mengaku cepat beradaptasi dengan metode pembelajaran jarak jauh. Pun begitu, mereka lebih suka belajar di sekolah secara tatap muka dengan alasan bisa punya banyak waktu untuk berinteraksi sehingga bisa lebih memahami materi yang diajarkan.
Menurut Nasyhilla, meski mengaku cepat beradaptasi, tapi semakin sempitnya waktu berinteraksi dengan guru di sekolah membuatnya kesulitan memahami materi yang diajarkan. Begitu pula saat melajutkan belajar di luar jam sekolah. Nasyhilla lebih suka jika ada yang mendampinginya saat belajar.
"Di masa pandemi ini, waktu belajar para siswa berubah atau tidak sama seperti saat mereka bersekolah. Waktu mereka bertanya atau berinteraksi dengan guru juga jadi lebih sedikit," kata Maryam.
Untuk itu, lanjut Maryam, tantangan penyedia solusi belajar online di masa pandemi ini adalah bagaimana menghadirkan engagement lebih dan membuat belajar online menjadi lebih menyenangkan. Maryam menyoroti tentang pentingnya memberikan pendampingan belajar bagi para siswa untuk membantu guru di sekolah dalam men-deliver kurikulum secara optimal. Khususnya saat siswa melanjutkan proses belajarnya selepas jam sekolah.
Sumber: BeritaSatu.com
BERITA TERKAIT

Ganjar: Generasi Z Berperan dalam Wujudkan Indonesia sebagai Ekonomi Terbesar Ke-4 pada 2050
NASIONALBERITA TERKINI
Seri Google Pixel 8 dan Pixel Watch 2 Meluncur 4 Oktober, Intip Bocorannya
Nasdem: Mentan SYL Tiba di Indonesia 5 Oktober, Langsung Hadap Surya Paloh
Anggota PSI Naik 13.267, Kaesang: Terima Kasih, Mari Berjuang Bersama
4
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin